JAKARTA, KOMPAS.com - Paguyuban Arkamaya Sukma melakukan latihan untuk pagelaran tari virtual dengan tema Hambedhaya Wening ing Cipta di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (9/10/2021).
Sembilan orang penari wanita dari berbagai latar belakang usia dan profesi yang peduli pada pelestarian warisan budaya Indonesia, khususnya seni tari klasik Jawa gaya Surakarta membawakan Bedhaya Duradasih di akhir pengambilan gambar.
Rencananya pada 31 Oktober hingga 7 November 2021 pagelaran tari virtual mereka yang kedua akan menghibur pecinta tari tradisional.
Hambedhaya Wening ing Cipta sendiri berarti menari untuk mendapatkan kebeningan hati, tema ini diambil karena dengan pandemi yang masih belum terlihat kapan berakhir, para penari Arkamaya Sukma ingin mempersembahkan tarian yang mengibur hati dan dapat menyumbangkan kebeningan hati kepada para pemirsa.
Empat tarian akan dibawakan yaitu Sekar Puri, Golek Manis, Bedhaya Eling-eling, dan Bedhaya Duradasih.
Tari Sekar Puri biasanya dibawakan pada awal acara untuk menyambut tamu kehormatan. Golek Manis menggambarkan kelincahan para gadis remaja dan keinginan mereka untuk bersolek mempercantik diri.
Bedhaya Eling-eling tarian yang diciptakan Ki Nartosabdo mengadung filosofi bahwa manusia harus selalu ingat dan waspada.
Sedangkan Bedhaya Duradasih, tarian klasik yang diciptakan Pakubuwono IV ditarikan oleh sembilan orang penari melambangkan pengendalian hawa nafsu. Aangka sembilan berkenaan dengan sembilan lubang dalam tubuh yang mengendalikan keinginan manusia.
Paguyuban tari di bawah asuhan pelatih Martini Brenda, sampai saat ini telah berpartisipasi di dalam 14 pementasan. Sepuluh pementasan dalam negeri dan dua pementasan di luar negeri, sertas dua pagelaran virtual.