PALU, KOMPAS.com - Seekor buaya berukuran sekitar 4 meter muncul di sungai Kota Palu, Sulawesi Tengah. Yang menjadi perhatian adalah adanya ban motor bekas yang melingkar di lehernya.
Pemandangan ini tentu tak lazim dan menjadi perhatian tak hanya media lokal, tapi juga internasional.
Melansir dari laman Daily Mail, buaya ini rupanya sudah berkalung ban sejak tahun 2016 lalu.
Pemerintah dan pihak terkait sudah mencoba menangkap untuk menyelamatkannya, tapi sampai hari ini belum ada hasilnya.
Pihak konservasi menduga, seseorang mencoba menangkap buaya ini dengan menggunakan perangkap ban, namun gagal dan malah melingkar di leher binatang yang dilindungi ini.
Dalam sebuah video yang beredar, tampak buaya ini terengah-engah untuk bernapas, dan keadaan itu membuat pecinta binatang khawatir akan membunuh si reptil pelan-pelan.
Kepala konservasi setempat, Haruna mengatakan, "Tahun lalu, kami melihat masih cukup banyak ruang di leher buaya untuk bergerak."
Dia juga menyampaikan, pihaknya tidak akan menunggu sampai ban itu mencekik buaya malang ini.
Haruna dan timnya telah menyiapkan perangkap besi yang akan diletakkan di dalam sungai saat surut.
"Kami pasti akan menyelamatkan buaya itu, tapi di saat yang sama, saya juga perlu mempertimbangkan keselamatan anak buah saya," ungkapnya.
Pada Minggu (21/1/2018), Panji Si Petualang bersama tim melakukan misi melepaskan ban yang melingkar di leher buaya tersebut.
Kala itu, upaya Panji untuk menangkap sang buaya belum membuahkan hasil. Buaya yang tadinya berjemur di onggokan pasir di tengah Sungai Palu tiba-tiba masuk ke sungai.
Dari amatan Panji, ban yang tersangkut di leher buaya bukan lantaran disengaja, melainkan karena adanya sampah dari ban bekas yang dibuang ke dalam sungai. Akhirnya, ban itu masuk ke leher buaya saat tengah mencari makan.
“Pesan saya untuk masyarakat di Palu, mohon tidak mencemari lingkungan sungai. Soal buaya berkalung ban bukan sengaja dimasukin orang, tapi murni karena buayanya terkena. Saat saya tiba di Palu, saya sempat ngecek di bantaran Sungai Palu, dan saya lihat banyak sekali ban bekas dibuang di bantaran sungai,” kata Panji. KONTRIBUTOR PALU, ERNA DWI LIDIAWATI