JAKARTA, KOMPAS.com - Siang ini, Jumat (16/2/2018), suara azan berkumandang di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya. Diiringi suara azan, sejumlah tahanan menggelar sajadah berukuran besar di teras yang terletak di samping lapangan tengah rutan.
Seorang polisi berjalan memasuki salah satu blok ruang tahanan pria yang letaknya di sisi utara rutan. Di blok tersebut, sejumlah tahanan berada di luar ruang tahanan. Siang itu polisi tak menutup pintu-pintu ruang tahanan. Pintu ditutup seusai para tahanan menjalankan shalat maghrib berjemaah yang juga dilaksanakan di teras rutan.
"Ayo, yang mau shalat Jumat segera wudu," teriak polisi di depan blok ruang tahanan.
Menengok kembali ke arah teras rutan, sajadah telah terpasang sejajar dengan arah kiblat. Pada baris terdepan berdiri seorang pria tua yang mengenakan jas berwarna hitam dan berkalung sorban sambil melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.
Beberapa saat kemudian satu per satu tahanan mulai berdatangan dan mengambil posisi di belakang pria tersebut. Tak terganggu dengan kedatangan para tahanan, pria tua itu terus melantunkan ayat-ayat suci.
Beberapa menit kemudian, pria tua tersebut berbalik badan menghadap para tahanan. Menggunakan pengeras suara, ia berbicara di depan para tahanan. Ia memberikan petuah-petuah, para tahanan dengan khusyuk mendengarkannya.
Tak lama kemudian, seorang pria lain datang. Ia adalah Ustaz Wahyudin, anggota Tim Pembinaan Rohani dan Mental (Bintal) Polda Metro Jaya. Ia hadir untuk menjadi khatib dalam shalat Jumat hari ini.
Siapakah pria tua itu?
Namanya Haji Husni, usianya 88 tahun. Namun, raut wajahnya masih tampak sangat segar. Ia masih mampu tegap berdiri, langkah kakinya juga sangat lincah. Senyum ramah menyapa Kompas.com saat berjalan menghampirinya.
"Assalamualaikum, Nak. Bagaimana? Sehat kan?" sapanya sambil mempersilakan kami duduk di atas sajadah.
Husni bercerita, dirinya sudah sejak tahun 1965 mengabdikan diri di Rutan Polda Metro Jaya untuk melayani pendidikan rohani sekaligus menjadi khatib Jumatan. Kata Husni, dulu ia memang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Polda Metro Jaya.
"Saya kelahiran 1930. Usia 35 atau tahun 1965 saya mulai bekerja di Polda, saya jadi PNS di sini. Coba hitung dengan sempoa, berapa lama saya berada di lingkungan Polda Metro Jaya ini?" guraunya.
Kata Husni, dulu tak ada tim khusus pembinaan kerohanian tahanan. Menjadi khatib Jumatan merupakan kegiatan di samping tugasnya sebagai PNS.
"Sekarang sudah enak, ada Bintal. Dulu saya sendiri. Tapi, sekarang pun kalau shalat pas enggak ada petugas Bintal, ya saya yang gantikan. Tapi, setiap Jumat saya pasti ada di sini untuk membesuk semua tahanan, anak-anak Bapak," sebutnya.
Ustaz Wahyudin yang berada di samping Haji Husni mengaminkan kisah yang disampaikan pria tua yang tinggal di Menteng, Jakarta Pusat, ini. Ia mengaku sangat mengidolakan Haji Husni.
"Beliau itu kerja ikhlas. Apalagi kalau Lebaran, setiap tarawih pasti beliau datang dan menuntun tahanan-tahanan di sini untuk kembali ke jalan yang benar," tuturnya.
Husni bertekad akan terus menyambangi Rutan Polda Metro Jaya selama tubuhnya masih mampu. "Saya merasa selalu sehat karena saya tenang, saya bahagia. Selama saya masih hidup, saya tetap akan mengunjungi anak-anak (tahanan) saya di tempat ini," ucapnya.
Di akhir perbincangan, Haji Husni tersenyum kepada Kompas.com sambil berbisik, "Intinya istikamah (berjalan di jalan yang lurus)." SHERLY PUSPITA