KOMPAS.com – Penganan khas Aceh, Bu Grieng, hingga kini masih bertahan di pasar. Salah satu produksi usaha itu berada di Desa Paya Tengoeh, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara.
Pemiliknya Munawir Ilyas, seorang guru yang meneruskan usaha turun temurun keluarga itu sejak puluhan tahun lalu. Di tengah gempuran penganan cepat saji dan modern, Bu Grieng masih memiliki pangsa pasar tersendiri.
Bagi sebagian wisatawan, Bu Grieng juga dijadikan oleh-oleh. Penganan ini mudah ditemui di tempat penjualan suvernir, mini market, dan sejumlah toko di Aceh.
Bu Grieng berbahan baku beras ketan yang ditanak, lalu dijemur. Setelah kering, Bu Grieng digoreng lalu dicampur dengan manisan. Barulah Bu Grieng dicetak beragam model dan ukuran.
Penganan ini dijual mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 300.000 per paket. Bahkan, Bu Grieng juga digunakan untuk hantaran pengantin di Provinsi Aceh.
Dalam sehari, unit usaha rumahan milik Munawir ini memproduksi 100 paket berbagai ukuran. Dalam sebulan, omsetnya bisa mencapai Rp 10 juta.
Kini, Bu Grieng tetap bertahan, di tengah beragam penganan siap saji di Tanah Air. KONTRIBUTOR LHOKSEUMAWE, MASRIADI