KOMPAS.com - Hasankeyf, sebuah kota kecil di tenggara Turki yang berusia sekitar 12.000 tahun dan mayoritas ditinggali orang Kurdi akan lenyap dalam beberapa bulan mendatang.
Sebuah danau buatan yang merupakan bagian dari proyek bendungan PLTA Ilisu akan melenyapkannya.
Bendungan yang dibangun di hilir Sungai Tigris tersebut akan menjadi yang terbesar kedua di Turki
Ilisu adalah elemen sentral dari Proyek Anatolia Tenggara (GAP), sebuah rencana pengembangan lahan untuk meningkatkan ekonomi wilayah yang lama diabaikan, melalui energi hidroelektrik dan irigasi.
Dihadapkan pada ancaman banjir besar di kota mereka dan seratus daerah lainnya, 3.000 penduduk Hasankeyf harus mengorbankan tempat tinggalnya.
Penduduk Hasankeyf terpecah suaranya menjadi pro dan kontra.
Sementara beberapa marah pada nasib yang akan mereka tanggung, yang lain tidak sabar untuk manfaat ekonomi yang dijanjikan.
Di Hasankeyf, ada warisan sejarah luar biasa dari kerajaan Asyur, Romawi, hingga Dinasti Seljuk. Hal ini menjadi daya tarik wisata utama di sana.
Bagi mereka yang kontra, menghancurkan Hasankeyf dinilai sebagai kejahatan besar terhadap sejarah.
Namun, pemerintah Turki menolak kritik tersebut.
Mereka mengaku segala sesuatu telah dilakukan untuk menyelamatkan situs sejarah.
Di antaranya para pekerja baru-baru ini memindahkan sisa-sisa masjid Ayyubid abad ke-14, mengangkutnya sekitar tiga kilometer (1,8 mil) ke sebuah situs yang akan menjadi "taman budaya".
Operasi relokasi semacam itu telah mengubah Hasankeyf menjadi situs konstruksi.
Warga pun mengeluh karena mulai sepinya turis yang datang berkunjung.
Tetapi berbeda dengan warga yang lebih memilih untuk melihat ke masa depan.
Selama peresmian proyek Ilisu pada tahun 2006, Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang saat itu perdana menteri, berjanji bendungan akan membawa "manfaat terbesar" bagi masyarakat setempat.
Media Turki melaporkan bahwa proyek bendungan itu ditargetkan akan selesai tahun 2019 ini.
Sumber: AFP