BANDUNG, KOMPAS.com – Kisah tragis penemuan paus mati dengan perut penuh sampah plastik di Wakatobi dan Filipina, atau kisah penyu yang ditemukan dengan hidung tersumbat sedotan di wilayah Costa Rica adalah sedikit dari peristiwa yang melahirkan banyak gerakan untuk menggurangi sampah plastik.
Menurut data program Adipura Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tahun 2017, sampah plastik menyumbang 14 persen sampah di Indonesia.
Dari sampah plastik di Indonesia sebanyak 57 persen sampah tidak terkelola dan 23 persennya terbawa ke laut, hingga Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.
Dari Botol Kembali Ke Botol
Menurut Senior Sustainable Packaging Manager, Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, Aqua berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mengurangi 70 persen sampah plastik ke laut pada tahun 2025 dengan kampanye #bijakberplastik.
“Selain mengumpulkan lebih banyak sampah plastik, melakukan edukasi ke sekolah-sekolah untuk menjangkau 5 juta anak dan memimpin kampanye edukasi untuk menjangkau 100 juta konsumen di 2025, kami juga melakukan inovasi untuk memastikan penggunaan kemasan yang 100 persen dapat didaur ulang, serta menggunakan 50 persen material daur ulang dalam kemasan kami,” ujar Ratih.
Ratih menambahkan meski Danone-Aqua sudah mengeluarkan produk air minum mineral 1,1L dengan kemasan 100 persen daur ulang, namun jumlahnya masih sedikit. Saat ini, paling banyak beredar kemasan air mineral yang menggunakan 25 persen material daur ulang.
Beberapa hari lalu Kompas.com berkesempatan diundang Danone-Aqua untuk melihat dari dekat proses pengolahan sampah botol plastik bekas untuk digunakan menjadi bahan pembuatan botol kemasan minuman baru.
Untuk melakukan daur ulang sampah botol plastik bekas, Aqua bekerjasama dengan PT Roy PET dan PT Namasindo Plas.
Roy PET merupakan salah satu dari 6 Unit Bisnis Daur Ulang (RBU) mitra Danone Aqua untuk mendukung infrastruktur daur ulang sampah plastik yang terletak di Cimahi, Jawa Barat.
Di sini sampah botol plastik bekas jenis Polyethylene Terephthalate (PET) yang digunakan untuk kemasan minuman dikumpulkan, disortir, lalu dicacah dan dicuci menjadi flakes.
Ratih menambahkan dalam satu tahun Aqua mengumpulkan 12.000 ton botol plastik bekas melalui 6 Unit Bisnis Daur Ulang.
“Sembilan puluh persen sampah botol plastik bekas yang kami kumpulkan dari informal collection, dari pemulung. Sisanya sepuluh persen dari formal collection seperti TPS 3 R dan Bank Sampah,” tegas Ratih.
Menurutnya pemilik Roy PET, Jasmine, sampah botol plastik bekas yang masuk ke Roy PET berasal dari 10 bandar besar dan 40 lapak pengepul tersebar di Jawa Barat. Mereka memperoleh botol plastik tersebut dari 20 ribu orang pemulung.
Cacahan botol plastik bekas kemudian Unit Bisnis Daur Ulang dikirim ke PT Namasindo Plus di Bandung, Jawa Barat.
Di sini cacahan botol bekas diolah menjadi SSP (solid state polymerization) dan kemudian dicampur dengan biji plastik baru menjadi bakal botol (preform).
Bakal botol ini kemudian dikirim ke pabrik Danon-Aqua untuk ditiup menggunakan mesin menjadi botol kemasan baru yang siap digunakan. (KP)