JAKARTA, KOMPAS.com - Palang pelintasan kereta berfungsi melancarkan lalu lintas perkeretaapian dan menjaga keselamatan para pengguna jalan yang hendak melintasi rel.
Namun, kenyataannya tidak semua pelintasan sebidang memiliki palang, salah satunya di pelintasan KA Stasiun Ancol.
Berbeda dengan pelintasan KA di stasiun lain, pelintasan sebidang Stasiun Ancol tidak memiliki palang, rambu, maupun buzzer (sirine) yang dapat mengeluarkan suara ketika kereta hendak melintas.
Sulaiman, petugas pos perlintasan Stasiun Ancol, Jakarta Utara mengaku bahwa sebagai petugas PJL harus cerewet dan tegas karena pekerjaan ini menyangkut banyak nyawa.
Sulaiman menambahkan, untuk mengatur pelintasan KA tanpa palang ini, ia masih menggunakan cara manual.
"Saya masih manual sih, belum pakai mesin palang. Ya, cuma pakai bendera rambu dan peluit kalau buat berhentiin pengendara kalau ada kereta hendak melintas," ujarnya.
Dalam menjaga pelintasan, ia dibantu oleh petugas keamanan dalam (PKD).
Lalu, bagaimana Sulaiman mengatur pelintasan tanpa palang di Stasiun Ancol?
Pertama, sebagai petugas pos JPL 11 D Sulaiman akan mendapat info dan dan kode bahwa kereta akan melintas melalui handy talky-nya. Info bahwa kereta hendak melintas ia terima dari pos sebelumnya dan pemberitahuan dari PT KAI.
Selain mendapat info dari handy talky-nya, Sulaiman juga mengantisipasi apabila terjadi keterlambatan melalui aplikasi KRL di gawainya.
"Saya juga harus selalu cek jadwal kereta di aplikasi KRL, biar tahu kalau ada keterlambatan atau perubahan jalur," ujarnya.
Kedua, setelah mendapat info bahwa kereta hendak melintas, ia harus keluar dari pos. Lalu, mengawasi pelintasan dan standby 10 menit sebelum kereta hendak melintas. Hal ini ia lakukan karena pos JPL 11D tidak memiliki alat sistem perlintasan kereta.
Tugas Sulaiman tidak hanya mengawasi perlintasan kereta saja. Ia tetap harus mengontrol jalan raya apabila terjadi kemacetan dan mengawasi pengendara jalan yang sulit diatur.
Ia juga menggunakan peluit untuk mengatur para pengendara apabila terjadi kepadatan di perlintasan kereta.
Ketiga, Sulaiman memberikan semboyan kepada masinis yang hendak melintas. Untuk memberikan semboyan kepada masinis kereta, ia menggunakan bendera rambu. Semboyan itu diberikan tergantung kondisi perlintasan.
Ada tiga semboyan yang ia sering gunakan untuk mengatur perlintasan, yaitu semboyan 1, semboyan 2, dan semboyan 3.
Semboyan 1 mengisyaratkan bahwa pelintasan yang akan dilewati berstatus aman. Kereta boleh melintas seperti biasa dengan kecepatan yang ditetapkan dalam peraturan perjalanan.
Untuk semboyan 2, terdiri dari semboyan 2A dan 2B. Semboyan 2A mengisyaratkan bahwa kereta tidak boleh melintas lebih dari 40km/jam.
Sedangkan 2B mengisyaratkan bahwa kereta tidak boleh melintas lebih dari 20km/jam. Semboyan ini memiliki isyarat bahwa masinis kereta harus melintas lebih hati-hati.
Sedangkan semboyan 3 mengisyaratkan bahwa perlintasan berstatus tidak aman atau bahaya. Semboyan 3 ini menggunakan bendera merah sebagai tanda isyarat. Sulaiman memberikan semboyan ini apabila terjadi kemacetan di pelintasan kereta.
Untuk memberikan semboyan ini, Sulaiman harus berlari 500 meter ke arah kereta yang hendak melintas untuk mengisyaratkan bahwa kereta harus berhenti.
Setelah kereta melintas, ia menyambut kereta yang datang dan memberikan salam kepada masinis.
Keempat, setelah kereta telah melintas, ia kembali mengizinkan para pegendara utuk melintas seperti biasa. Sulaiman lalu kembali ke pos dan memberi konfirmasi kereta telah melintas dan menginfokan bahwa kereta hendak melintas ke pos JPL terdekat.
Sulaiman juga selalu melihat jam untuk memantau pelintasan kereta, menerima sinyal kereta akan tiba dan berkomunikasi sesama PJL di pos JPL terdekat untuk mengetahui kedatangan kereta.
Terakhir, tak lupa ia kembali ke pos untuk mencatat nomor, waktu KA, dan pintu pelintasan dibuka kembali dalam sebuah buku laporan.
Dalam satu pos ditugaskan 4 petugas PJL yang terbagi dalam 3 shift. Shift pertama pada pukul 06.00-14.00, shift kedua pada pukul 14.00-20.00, dan shift ketiga pada pukul 20.00-06.00.
Selama bekerja, Sulaiman harus selalu siap siaga, berkonsentrasi penuh dan terjaga untuk mengawasi perlintasan.