BOGOR, KOMPAS.COM - Menjelang perayaan Cap Go Meh 2019, Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih rutin menggelar tradisi memandikan Kie Lin.
Tradisi ini sebagai lambang membersihkan Kie Lin untuk siap mengambil perannya dalam perayaan Cap Go Meh karena telah menjalani ritual pemandian dan penghormatan.
Dalam penyelenggaraan Cap Go Meh (15 hari setelah perayaan tahun baru Imlek) di Bogor, Kie Lin dipercaya mengawal rupang Kong Co Ho Tek Ceng Sin, sekaligus menjadi pembuka kirab liong barong dan kesenian Bogor.
Dalam tradisi China, Kie Lin dipercaya sebagai tunggangan para Dewa dan mewakili 18 macam binatang yang ada di dunia.
Satu-satunya Kie Lin di seluruh Indonesia, hanya ada di Bogor, dihidupkan dan dilestarikan oleh anggota Persatuan Gerak Badan Bangau Putih.
Usai menggelar ritual doa di Pergurauan Silat PGB Bagau Putih, dua Kie Lin diarak menuju aliran Sungai Ciliwung, di Pulo Geulis, Bogor, Jawa Barat.
Di tepi aliran Sungai Ciliwung, Guru Besar PGB Bangau Putih, Gunawan Rahardja memimpin ritual. Ia membakar dupa, membacakan doa dan memerciki Kie Lin dengan air.
Setelah ritual memandikan di Sungai Ciliwung selesai, Kie Lin dibawa ke rumah leluhur PGB Bangau Putih, Liem Kim Bouw.
Di sini ritual doa kembali digelar di lantai dua rumah Liem Kim Bouw.
Selesai memandikan Kie Lin dan melakukan penghormatan di rumah leluhur Kie Lin kemudian diarak menuju Vihara Maha Brahma (Pan Kho Bio) dan Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio) untuk mengambil Hu.
Hu adalah semacam surat ijin untuk Kie Lin mengikuti perayaan Cap Go Meh yang akan digelar 19 Februari mendatang. (KP)