KOMPAS.com - Ratusan orang berkumpul di halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Jalan Raya Ngagel Madya, Gubeng, Kota Surabaya, Senin (13/5/2019).
Mereka mengikuti peringatan setahun tragedi bom bunuh diri yang terjadi 13 Mei 2018 lalu.
Acara peringatan dibuka dengan peluncuran Buku 'Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan'. Kemudian dilanjutkan dengan buka puasa bersama bagi umat muslim yang hadir.
Seusai buka puasa, acara dilanjutkan dengan doa Rosario dan Misa Ekaristi. Seluruh umat Katolik mengikuti ibadah tersebut dengan khidmat.
Sementara, di hadapan umat Katolik, berjajar 6 foto mendiang yang menjadi korban kekejaman tersangka bom bunuh.
Mereka adalah Aloysius Bayu Rendra Wardhana, Vincentius Evan Hudojo dan Nathanael Ethan Hudojo, Vicencius Mayawati, Liem Gwat Nie, dan Ciska Eddy Handoko.
Acara dilanjut dengan pentas seni lintas agama yang digelar di halaman gereja.
Ratusan orang dari berbagai elemen berkumpul untuk menonton pertunjukan pentas seni. Tak ada sekat, mereka duduk berdampingan. Suasana kerukunan antarumat beragama pun tercipta.
Kemudian di penghujung acara, seluruh umat melakukan doa bersama. Doa bersama dipimpin tujuh tokoh lintas agama. Saat prosesi doa seluruh umat membawa lilin yang menyala.
Vikaris Jendral Keuskupan Surabaya, Yoseph Eko Budi Susilo mengungkapkan, peristiwa 13 Mei 2018 tak akan meretakkan kerukunan antarumat beragama, khususnya di Surabaya.
Justru peristiwa itu membuat tokoh lintas agama dan umat bergandengan tangan untuk bersatu melawan radikalisme.
"Peledakan bom tidak akan bisa meretakkan kerukunan kami, tetapi justru merekatkan hubungan. Beberapa jam peristiwa kemanusiaan itu terjadi tokoh-tokoh muslim datang ke Gereja Santa Maria Tak Bercela. Mereka turut prihatin terhadap peristiwa yang terjadi di sini," ungkapnya Senin (13/5/2019).
Sumber: SURYA.CO.ID