KOMPAS.com - "Ingin menjadi juara dunia", atau "dapat medali emas olimpiade", kalimat itulah yang sering terlontar dari mulut para pebulu tangkis cilik, saat ditanya alasan mereka mengikuti Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 di Gor Satria Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Audisi itu berlangsung dari Minggu (8/9/2019) hingga Selasa (10/9/2019).
Purwokerto merupakan kota kedua penyelenggaraan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis 2019 yang diselenggarakan oleh PB Djarum, setelah Bandung, karena Purwokerto memang dikenal sebagai lumbung bibit-bibit pebulu tangkis berkualitas dan telah terbukti banyak melahirkan atlet bulu tangkis kelas dunia.
Nama-nama seperti Chistian Hadinata, Fung Permadi dan Tontowi Ahmad, sangat dikenal oleh para pebulu tangkis cilik yang mengikuti ajang audisi tersebut.
Bahkan mereka mengaku sangat terinspirasi sehingga mimpi menjadi juara dunia atau meraih emas di olimpiade, bukanlah sesuatu yang mustahil bagi para pebulu tangkis cilik ini.
Dan bagi mereka, ajang Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang rutin digelar oleh PB Djarum sejak 2006 ini menjadi pintu masuk untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi atlet bulu tangkis yang mendunia.
Meski mereka harus bersaing ketat, karena untuk audisi di Purwokerto saja, dari total 904 anak yang mengikuti seleksi, hanya 26 atlet yang bisa melaju ke putaran final di Kudus nanti.
Semangat tinggi ditunjukkan dengan jelas oleh para pebulu tangkis cilik ini.
Mereka rela menunggu hingga malam untuk mendapat giliran bertanding, atau berlatih dan terus mencoba berkali-kali meski telah beberapa kali gagal menembus final.
Bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Papua untuk mengikuti audisi, demi mampu meretas jalan untuk mewujudkan mimpi.
"Semoga nanti bisa membawa Piala Uber ke Indonesia lagi", ujar Bunga Kirana Larasati, atlet bulu tangkis putri asal Kabupaten Wonosobo, yang sukses mendapatkan Super Tiket kelompok usia U-11 untuk berlaga di putaran final nanti di Kudus, sembari menatap replika Piala Uber yang dipajang di pintu masuk GOR Satria Purwokerto.
Proses audisi di Purwokerto sempat dinyatakan PB Djarum sebagai audisi yang terakhir, terkait polemik dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang menganggap ada unsur eksploitasi terhadap anak secara terselubung, pada proses audisi tersebut.
Beruntung berbagai pihak turun tangan untuk memediasi PB Djarum dan KPAI sehingga audisi pun tetap berlanjut meski menyisakan masalah pergantian format. Namun yang utama adalah mimpi para pebulu tangkis cilik untuk mengharumkan nama bangsa tetap terawat.
Foto dan teks : Antara Foto (Idhad Zakaria)