JAKARTA, KOMPAS.com - Ian sigap merogoh ke dalam ember kosong yang baru saja sampai ke warungnya.
Di dalam ember tersebut terdapat secarik kertas berisi pesanan makanan atau minuman dari karyawan yang bekerja di kawasan gatot subroto.
"Setiap hari gini mas, pesanannya ditulis di secarik kertas lalu dimasukkan ke dalam ember dan dikirim pake derek," kata Ian saat ditemui di Kampung Kebalen, Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (11/03/2020).
Ya, warung Ian dan tempat bekerja para karyawan terpisah kali, sehingga para karyawan yang ingin membeli menggunakan erekan atau derek untuk mengirim dan menerima pesanan.
Rata-rata pelanggan mereka adalah karyawan kelas menengah ke bawah yang bekerja di gedung kantor atau hotel di kawasan tersebut seperti security, cleaning service dan office boy.
Ian sudah melakoni usaha warung derek sejak 3 tahun lalu, saat ini ada 6 warung yang melakukan hal yang sama.
Makanan dan minuman yang dijual pun beragam. Mulai dari mie ayam, bakso, nasi goreng, kopi, rokok, hingga gorengan.
Heni juga melakoni hal yang sama seperti Ian, menurutnya jualan seperti ini penuh suka dan duka.
"Kadang ada aja yang lupa bayar, tapi orangnya itu-itu aja, ntar kita bikin status ada orang atas yang menyampaikan, besoknya mereka bayar," kata Heni.
Keberadaan warung derek menjadi peluang usaha bagi Ian dan Heni. Karena banyak karyawan di kawasan tersebut yang mencari warung murah meriah untuk makan dan minum saat jam istirahat.