GROBOGAN, KOMPAS.com - Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah padam total untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hingga saat ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng masih berupaya melakukan kajian terkait penyebab terhentinya suplai gas di sumber api legendaris tersebut.
Pengelola Api Abadi Mrapen, David Diyanto, menyampaikan, api biru yang berkobar melalui lubang pipa di titik sumber Api Abadi Mrapen perlahan mengecil sejak sepekan lalu hingga akhirnya padam total pada 25 September lalu. Api biru berusia ratusan tahun yang namanya mendunia itu kini tak lagi muncul ke permukaan bumi.
Awalnya, api biru yang membara setinggi 25 sentimeter dari mulut pipa sudah tak terlihat lagi, petugas Api Abadi Mrapen lantas berupaya membongkarnya. Saat itu bau khas gas serta suara gemuruh dari dalam tanah masih terdengar seperti sedia kala. Namun ketika disulut, api biru yang kesohor itu meredup tak seganas sebelumnya.
"Sampai akhirnya tepat pada tanggal 25 September, api abadi mrapen benar-benar padam. Saat itu kami biarkan dulu selama lima hari, siapa tahu api itu akan berkobar lagi, namun ternyata nihil hingga akhirnya kami melaporkan ke pemerintah," kata David saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/10/2020).
Menurut David, kobaran Api Abadi Mrapen terpantau mulai tak stabil saat ada pengeboran sumur yang lokasinya berjarak sekitar 150 meter pada 12 September lalu. Saat itu pengeboran sedalam 30 meter untuk mencari sumber air justru menyemburkan air bercampur gas yang akhirnya harus dihentikan.
"Sebenarnya warga sekitar juga banyak yang sudah membuat sumur bor untuk mencari sumber air, namun yang keluar malah semburan air bercampur gas. Dan terakhir pembuatan sumur di belakang Indomaret juga muncul semburan air bercampur gas. Sejak saat itu api abadi mrapen mulai menyusut hingga menghilang," jelas David.
Berdasarkan data pengelola Api Abadi Mrapen, api yang menyala akibat pasokan gas rawa yang keluar secara alami dari perut bumi itu belum pernah sekalipun padam. Hanya saja, pada 1996, intensitas kobaran Api Abadi Mrapen tercatat sempat kian mengecil. Saat itu terselamatkan akibat ditemukan sumber gas baru dengan kandungan yang lebih melimpah berjarak sekitar 75 sentimeter dari sumber gas lama.
"Sumber gas baru itu kemudian dialirkan ke sumber gas lama menggunakan pipa dan nyala api kembali sempurna hingga seterusnya. Jadi awalnya hanya retakan tanah, kemudian direka sedemikian rupa dengan pipa dan sebagainya. Api Abadi Mrapen tercatat tak pernah padam dan terus menyala, hanya saat dirombak, kami matikan untuk keselamatan pekerja," terang David.
Dikaji dan diselamatkan
Kepala Seksi Energi Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan, Sinung Sugeng Arianto, menyampaikan, ESDM Jateng telah menggandeng para ahli geologi untuk mengobservasi penyebab padamnya Api Abadi Mrapen. Upaya penyelamatan situs Api Abadi Mrapen juga tengah diupayakan seoptimal mungkin.
"Kami pastikan telah padam total. Bau gas dan tanda gas di titik awal sudah tidak ada. Kami picu menggunakan api juga sudah tidak bisa. Kami masih melakukan kajian dan penyelamatan yaikni observasi, mitigasi serta solusi," jelasnya.
Berdasarkan hasil penelitian sementara, diduga penyebab padamnya Api Abadi Mrapen karena berkurangnya pasokan gas metana (CH4) yang merupakan bahan bakar api tersebut.
"Namun yang menjadi perhatian, mengapa gas itu berkurang ? Apakah retakannya tertutup karena deformasi, apakah pasokan gas habis dan apakah migrasi gas ke tempat lain karena eksploitasi pembuatan sumur di sekitar. Jadi butuh waktu untuk melakukan kajian," kata Sinung.
Kesohor
Api Abadi Mrapen merupakan destinasi wisata unik dan populer di berbagai daerah Nusantara, maupun berbagai negara di sekitar Indonesia. Sumber api biru yang melegenda itu kerap dijadikan rujukan sumber api obor beberapa agenda nasional dan internasional. Mulai dari pesta olahraga internasional Ganefo pada 1 November 1963, dengan jumlah peserta 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Lalu ada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 23 Agustus 1996. Setiap tahun, Api Abadi dMrapen juga digunakan untuk menyalakan obor upacara Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.
Sunan Kalijaga
Menilik cerita sejarah yang berkembang secara turun-temurun di masyarakat setempat, keberadaan Api abadi Mrapen terkait dengan sejarah masa akhir Kerajaan Majapahit yang ditaklukkan Kesultanan Demak Bintoro pada tahun 1500-1518 Masehi.
Konon Api Abadi Mrapen muncul setelah Sunan Kalijaga mencari sumber air untuk prajuritnya dengan menancapkan tongkatnya ke tanah. Namun lubang dari bekas tongkat itu tak lama menyemburkan api yang saat ini dipercaya merupakan titik awal munculnya sumber Api Abadi Mrapen.
Lalu tancapan tongkat Sunan Kalijaga kedua kalinya di tempat lain mengeluarkan semburan air yang bersih dan bening. Air tersebut dimanfaatkan rombongan prajurit untuk minum. Sumber mata air itulah yang saat ini berada tidak jauh dari titik api abadi Mrapen, memiliki diameter tiga meter dan kedalaman sekitar dua meter yang diberi nama Sendang Dudo.