YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Tak ada yang meragukan kemasyhuran Kotagede Yogyakarta dengan kerajinan peraknya. Sejak jaman VOC tempat ini telah melahirkan karya perak dan perajin yang terkenal hingga negeri seberang.
Suara palu yang beradu dengan besi saat perajin menempa perak masih bisa di dengar di gang-gang sempit Kotagede hingga medio 1997. Namun kini, sejak krisis moneter 1998 popularitas perak Kotagede meredup.
Endri Partiyono, perajin perak Kotagede yang masih bertahan hingga kini mengungkapkan, sejak krisis moneter 1998 harga bahan baku perak melonjak tajam.
“Dulu bahan baku perak murah harga jual perak masih masuk akal. Sekarang harga perak kalau sudah jadi hampir sama dengan harga emas, padahal nilai jual perak turun,” ujar bapak dua anak ini.
Selain bahan baku yang mahal, Endri mengungkapkan pasca krisis moneter banyak perajin perak yang beralih profesi ditambah semakin minimnya regenerasi perajin perak di Kotagede.
“Sekarang anak-anak muda di Kotagede nggak ada yang tertarik belajar dan menjadi perajin perak. Di lingkungan saya ini bisa dihitung jari yang menjadi perajin perak dan sudah tua-tua semua,” jelas Endri.
Endri mengaku mulai tertarik membuat kerajinan perak dari melihat ayahnya yang dulu adalah perajin perak. Sejak tahun 1989, ia mulai terjun ke bisnis perak meneruskan keahlian yang diturunkan ayahnya.
Lima tahun Endri bekerja pada pengusaha perak di Bali. Kemudian ia memantapkan diri pulang ke Kotagede untuk membuka sendiri usahanya.
Masa kejayaan perak seiring meningkatnya pesanan kerajinan perak, Endri bahkan sempat mempunyai lima karyawan untuk membantunya melayani pesanan.
Namun sejak badai krisis moneter, Endri tak mampu lagi mempekerjakan lima orang karyawannya.
“Kalau sekarang untuk hidup sehari-hari dari perak masih bisa, cuma ya nggak kayak dulu sampai bisa bikin stok barang. Sekarang bikin cuma kalau ada pesanan,” tambah pria yang sehari-hari juga menjadi abdi dalem kraton di Makam Raja Mataram Kotagede.
Demam batu akik sempat membawa angin segar bangkitnya industri perak Kotagede. Lagi-lagi meredupnya pamor batu akik apalagi ditambah pandemi Covid-19 semakin membuat perajin perak Kotagede terpuruk.