KOMPAS.com - Di Resort Pemerihan di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung, Jumat (11/12/2020) pagi, para mahout atau pawang gajah tampak tengah melatih gajah-gajah yang merupakan tunggangan mereka sehari-hari untuk berpatroli.
Resort Pemerihan kembali dipilih sebagai Pos Gajah Patroli sejak 2019 karena mempertimbangkan karakteristik dan data statistik habitat gajah Sumatera di sekitar resort.
Total ada sekitar 5 gajah yang berpatroli di Resort Pemerihan. Mereka mempunyai kewajiban untuk mencegah risiko konflik berbahaya antara manusia dan gajah liar di kawasan hutan lindung seluas 356.800 hektar itu.
Saat ini diperkirakan populasi gajah Sumatera di Resort Pemerihan berjumlah 31 ekor, terdiri dari 24 betina dan 7 jantan.
Habitat gajah yang beririsan dengan kegiatan warga di hutan lindung mengakibatkan rata-rata telah terjadi 50 sampai 80 kali konflik antara manusia dengan gajah Sumatera dalam lima tahun terakhir.
Tim patroli gajah di Resort Pemerihan sebelumnya pernah dibentuk pada 2009. Saat itu, TNBBS memiliki empat ekor gajah patroli yang berasal dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), terdiri dari tiga ekor gajah jantan dan satu ekor gajah betina.
Namun karena konflik antara gajah dan penduduk belum terlalu ekstensif, gajah patroli dikembalikan ke TNWK. Tetapi akibat kematian seekor gajah jantan berumur 35 tahun bernama Yongki yang ditemukan tewas tanpa gading pada 2015, Balai Besar TNBBS memutuskan untuk membentuk kembali tim patroli gajah di TNBBS.
Saat ini Balai Besar TNBBS telah merekrut lima mahout dan lima helper dari masyarakat setempat agar rekonsiliasi konflik yang terjadi bisa diredam dengan baik, menguntungkan gajah dan manusia dan tetap berazaskan kelestarian lingkungan.
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) telah dinaikkan dari daftar "terancam punah" menjadi "sangat terancam punah" setelah kehilangan hampir 70 persen habitatnya dan separuh populasinya dalam satu generasi.
Penurunan ini sebagian besar karena habitat gajah yang digunduli atau dialihfungsikan menjadi perkebunan pertanian. Diperkirakan hanya ada 2.400 hingga 2.800 hewan yang tersisa di alam liar, penurunan sekitar 50 persen dari perkiraan populasi tahun 1985.
Sumatera diperkirakan memiliki populasi gajah Asia yang paling signifikan di luar India dan Sri Lanka. Namun dalam jangkauan gajah Asia, Sumatera mungkin mengalami laju deforestasi paling cepat.
Sumatera telah kehilangan lebih dari dua pertiga hutan alam dataran rendahnya dalam 25 tahun terakhir - habitat yang paling cocok untuk gajah - yang mengakibatkan punahnya gajah secara lokal di banyak daerah.
Ilmuwan mengatakan, jika tren saat ini berlanjut, gajah Sumatera bisa punah di alam liar dalam waktu kurang dari 30 tahun.