KLATEN, KOMPAS.com – Bagi warga di Dukuh Bunder Jarakan, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, Klaten menjaring air hujan bukan hal asing bagi mereka.Â
Bak-bak air hujan yang mampu menampung hingga paling sedikit 25.000 liter air, sebagian besar adalah peninggalan nenek moyang.
Bukan tanpa alasan warga menampung air hujan. Air tanah adalah barang langka yang bisa ditemui wasrga yang tinggal Kecamatan Kemalang, Karangnongko dan Jatimom di lereng timur Gunung Merapi.Â
Begitu hujan datang talang di atap rumah mengalirkan air hujan ke bak-bak penampungan warga. Bak-bak air hujan ini menjadi lumbung persediaan air saat musim kemarau datang.
Begitu berharga dan mulianya air langit ini, warga di Dukuh Bunder Jarakan bersama dalang Mbah Agus Bimo Prayitno memperkenalkan budaya wayang Jantur.
Lakon Panji Udan, Sarining Mendhung Sejati, Tirta Kamandanu, dan Banyu Perwitasari adalah tema yang mengangkat cerita budaya air hujan. Air hujan dimuliakan dan hidup dalam cerita-cerita wayang jantur.
Budaya air hujan menjadi bentuk kemandirian warga di lereng timur Gunung Merapi untuk bertahan hidup.