PALU, KOMPAS.com - Upaya membebaskan seekor buaya di Palu dari jerat ban bekas hingga kini belum juga membuahkan hasil.
Sejak kemunculannya pada 2016, buaya berkalung ban itu menyita perhatian warga.
Selama 3 tahun terakhir pula, Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah mencoba berbagai upaya untuk melepaskan ban dari leher buaya tersebut.
Pada 2018, Panji si Petualang bersama timnya didatangkan. Kala itu, upaya Panji menangkap buaya gagal dilakukan.
Awal Februari 2020 ini, BKSDA Sulawesi Tengah memanggil dua ahli satwa asal australia, Matthew Nicolas Wright and Chris Wilson.
Hal itu dilakukan setelah berkosultasi dengan Direktur KKH Kementerian LHK.
Matt merupakan pengisi acara dalam salah satu program di National Geographic dan berpengalaman dalam pemindahan satwa liar yang masuk ke kawasan permukiman.
Di Palu, strategi penangkapan buaya dengan membuat perangkap ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter.
Jebakan akan dipasang di Jembatan 2, Jalan Gusti Ngurah Rai, Kota Palu, Sulawesi Tengah, dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup.
Tim Satgas menyiapkan dua trap untuk menangkap dan melepaskan ban di leher buaya, tapi baru satu yang digunakan.
Namun, jebakan yang dipasang belum membuahkan hasil hingga Rabu (12/2/2020).