KOMPAS.com - "Ra maido sopo wong sing ora kangen... Adoh bojo arep turu angel merem... Ora maido sopo wong sing ora trenyuh... Ora kepethuk sak wetoro pengen weruh... Percoyo aku, kuatno atimu Cah ayu, entenono tekaku."
Tepuk tangan para penggemar menyambut kedatangan sang "The Godfather of Broken Heart" di atas panggung JIExpo Kemayoran, Jakarta, selepas hujan deras yang menyanyikan penggalan lirik tanpa musik.
"The Godfather of Broken Heart", sapaan akrab para penggemar untuk seorang penyanyi campursari asal Solo bernama Didi Kempot mampu membius panggung saat itu.
Berbagai ekspresi wajah menambah hangat suasana. Rindu dan patah hati melebur melalui lagu lagu berbahasa Jawa tersebut.
Didi Kempot mengawali karier bermusiknya sejak 1989. "Stasiun Balapan" dan "Sewu Kutho" adalah beberapa lagu yang terkenal pada zamannya.
Tetapi lagu lagu tersebut sudah jarang terdengar semenjak anak-anak muda terkena dampak globalisasi musik-musik pop barat beberapa tahun silam.
Belakangan ini namanya kembali menghiasi dunia musik tanah air setelah acara di Taman Balekambang Solo dan program "Ngobam (Ngobrol Bareng Musisi)" yang disajikan di sebuah chanel Youtube milik Gofar Hilman pada 20 Juli 2019.
Viralnya penyanyi campursari kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 ini tidak terlepas dari peran Rumah Bloger Indonesia di mana tempat pertama kali para penggemar berkumpul untuk melakukan sebuah inovasi dengan mendaulat Didi Kempot sebagai "The Godfather of Broken Heart."
Perlahan musik campursari milik "Lord" Didi yang hampir semua liriknya bercerita tentang patah hati telah merasuki kalangan milenial dan mampu menembus lintas generasi.
Foto dan Teks : Antara Foto (Rivan Awal Lingga)