KOMPAS.com - Kembali beroperasinya sektor perkantoran di DKI Jakarta berimbas pada aktivitas penumpang di Stasiun kereta rel listrik (KRL) Bogor.
Pada hari pertama masuk kerja penumpang KRL harus berbaris dalam antrean panjang sebelum bisa masuk ke dalam KRL.
Pemandangan yang sama juga terlihat pada hari kedua masuk kantor. Seperti hari pertama penumpang diwajibkan mengantre mengikuti alur yang sudah di berikan oleh petugas stasiun.
Panjangnya antrean diakibatkan oleh banyaknya penumpang dan penerapan protokol kesehatan jaga jarak sejauh 1 meter oleh petugas.
Sehari sebelumnya Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meninjau lokasi Stasiun Bogor usai terjadi penumpukan penumpang terhadap pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek.
Bima mengatakan, perlu ada evaluasi yang dilakukan untuk mengantisipasi antrian panjang agar tidak terulang.
Menurut dia, antrean yang terjadi di Stasiun Bogor pada pagi tadi disebabkan karena dibukanya kembali aktivitas perkantoran di wilayah DKI Jakarta.
"Jadi, ini adalah efek mulai dibukanya beberapa kantor di Jakarta per hari ini, penambahannya 10 persen di sini. Tadi dilaporkan petugas di sini sudah maksimal," ucap Bima.
Ia menambahkan, harus ada kebijakan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terutama dari sektor perkantoran terkait jumlah data pekerja dari luar Jakarta.
Bima menyarankan agar perkantoran di Jakarta membuat kebijakan dispensasi, seperti pemberlakuan shift kerja terhadap karyawan yang berasal dari Bogor.
"Sebaiknya ada kebijakan dispensasi, supaya dari Bogor ini tidak berangkat bersamaan. Dari Bogor ini dibuat semacam shif. Ya, kalau semuanya sama perlakuannya akan seperti ini kondisinya," sebutnya.