KOMPAS.com - Deretan bangku kosong di tribun penonton menghiasi pertandingan panahan Olimpiade Tokyo 2020 di Yumenoshima Park Archery Field, Tokyo, Jepang, Senin (26/7/2021).
Sesekali tepuk tangan dan suara dukungan masih terdengar, namun bukan dari penonton umum, melainkan dari relawan yang tengah beristirahat dan ofisial yang berada di venue pertandingan.
Ya, penyelenggaraan Olimpiade yang diselenggarakan tanpa penonton dari kalangan umum tersebut merupakan keputusan di tengah kondisi darurat Covid-19 yang sedang diberlakukan di Ibu Kota Jepang.
Selama dua minggu ke depan, tepatnya hingga 8 Agustus 2021, perhelatan olahraga terbesar di dunia itu akan digelar tak seperti biasanya.
Penyebaran virus corona yang belum mereda membuat panitia menerapkan protokol kesehatan super ketat bagi siapapun yang terlibat dalam gelaran Olimpiade Tokyo 2020.
Diberitakan sebelumnya, antisipasi penularan Covid-19 bahkan telah dilakukan jauh sebelum para atlet, ofisial, dan wartawan dari luar negeri, tiba di Jepang.
Aturan karantina dan tes Covid-19 secara rutin telah diberlakukan pada mereka sejak masih di negara asal masing-masing.
Setibanya di Tokyo, Jepang, mereka kembali menjalani prosedur karantina dan tes Covid-19 secara berkala.
Sepanjang perhelatan berlangsung, mereka akan menjalani skema kehidupan "bubble". Artinya, setiap kontingen hanya akan berkutat di tempat tertentu seperti kampung atlet, venue pertandingan, hingga arena latihan.
Mereka yang berkaitan dengan Olimpiade 2020 juga diharuskan mematuhi rambu-rambu yang diberlakukan selama perhelatan digelar, salah satunya membatasi interaksi dengan orang yang tidak terkait acara olahraga tersebut.