KOMPAS.com - Meena Asadi, seorang atlet karate perempuan bersabuk hitam, merupakan satu dari sekitar 7.490 pengungsi Afghanistan yang saat ini tengah mengungsi di Indonesia.
Â
Seperti nasib para pengungsi yang lain, dirinya mencari perlindungan dan berharap mendapatkan suaka di negara ketiga.
Pewarta foto Kompas.com berkesempatan menyambangi Meena yang tengah melatih murid-murid klub karatenya di Cisarua Refugee Shotokan Karate Club (CRSKC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021).
Tiga kali dalam seminggu, Meena melatih sekitar 30 murid di klub karate tersebut.
Diketahui, murid-murid yang merupakan pengungsi anak-anak Afghanistan itu belum bisa mendapat izin untuk bersekolah di Indonesia. Â
Namun, kekhawatiran terbesar Meena saat ini justru tentang karier atlet perempuan di Afghanistan yang terancam tamat menyusul kembali berkuasanya Taliban.
Dilansir VOA Indonesia, Meena meninggalkan Afghanistan ketika dia berusia 12 tahun dan pergi ke Pakistan. Saat itu ia mulai ikut berlatih dan kemudian mewakili Afghanistan di South Asian Games 2010.
Dia kembali ke Kabul tahun berikutnya dan membuka klub olahraga. Namun ia terpaksa melarikan diri untuk kedua kalinya karena kekerasan yang terjadi.
Pelariannya bersama suami berakhir di Indonesia dan kini mereka memiliki seorang anak perempuan berusia 1 tahun.
"Saya merasa sengsara. Saya kehilangan harapan dan orang-orang di negara saya juga kehilangan harapan mereka," kata Meena kepada Reuters.
Dengan kembalinya Taliban di Kabul, Meena takut kemajuan yang dibangun oleh rekan-rekan senegaranya kembali runtuh.
Baru-baru ini misalnya, mimpi atlet taekwondo Zakia Khudadadi menjadi atlet perempuan pertama Afghanistan di Paralimpiade Tokyo, hancur karena kekacauan di Kabul.
"Semuanya selesai untuk atlet perempuan," kata Meena, yang merupakan satu-satunya atlet perempuan yang mewakili Afghanistan di Kejuaraan Karate Asia Selatan 2012, di mana dia memenangkan dua medali perak.
Para pemimpin Taliban telah mencoba meyakinkan warga Afghanistan dan komunitas internasional bahwa anak perempuan dan perempuan akan memiliki hak atas pendidikan dan pekerjaan, namun Meena dan yang lainnya skeptis.