JAKARTA, KOMPAS.com - Hari keenam pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ 182, TNI Angkatan Laut (AL) melibatkan unsur udara pesawat CN-235 MPA untuk turut membantu pencarian korban kecelakaan pesawat yang jatuh Sabtu pekan lalu di perairan antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Kamis (14/1/2021).
Dari rilis yang diterima Kompas.com, pesawat CN-235 MPA merupakan jenis pesawat patroli maritim sayap tetap (fixed wing) yang dilengkapi perangkat Forward Looking Infra Red (FLIR) Star Safire 380HD.
Selain itu, pesawat yang digunakan Skuadron Udara 800/Patroli Maritim yang bermarkas di Lanudal Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki radar dengan kemampuan mendeteksi objek di atas permukaan laut.
Panglima Komando Armada I (Pangkoarmada I) Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid yang secara langsung memimpin pencarian di lokasi mengatakan bahwa pelibatan pesawat CN-235 Patmar ini dimaksudkan untuk mengamati permukaan di area jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"Dengan kondisi arus yang terus berubah seperti yang ada di lokasi saat ini, ada kemungkinan serpihan-serpihan yang muncul di permukaan terbawa arus, sehingga diperlukan pengamatan dari udara untuk melakukan pendeteksian. Apabila ada temuan dan hal-hal yang perlu dipastikan, selanjutnya tim pengamat udara akan berkomunikasi dengan anggota SAR di permukaan untuk memastikan hasil pengamatan tersebut," kata Abdul Rasyid.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, pada Sabtu sekitar pukul 14.40 WIB atau 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Pesawat mengangkut 62 orang, yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sempat keluar jalur penerbangan, yakni menuju arah barat laut pada pukul 14.40 WIB.
Pihak Air Traffic Controller (ATC) kemudian menanyakan pilot mengenai arah terbang pesawat.
Namun, dalam hitungan detik, pesawat dilaporkan hilang kontak hingga akhirnya jatuh.