DEPOK, KOMPAS.com - Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.
Kata-kata Soekarno ini bisa jadi relevan dengan apa yang dilakukan tujuh anak muda yang nekat berkelana dengan sepeda dari Depok ke Sulawesi selama enam bulan.
Muhammad Andi, Gustianto Prabowo, Rafii Fujiberkah, Azhar Adhiwibowo, Rahmat Hidayat, Fajrin Dedi, dan Riko Pranata mengayuh sepeda mulai Oktober 2020 hingga Maret 2021 Depok - Sulawesi pergi pulang.
Rekaman kisah perjalanan tujuh anak muda ini bisa disaksikan di pamerkan bertema Gowes Tapi Gowes Celebes di Omah Jangan Diam Terus, Depok mulai Minggu (10/10/2021) kemarin.
Dalam pameran ini foto-foto perjalanan selama enam bulan dipamerkan bersama barang-barang seperti sepatu, alat masak, tenda hingga sepeda yang mereka gunakan selama mengelilingi Sulawesi.
Menurut Rafii Fujiberkah perjalanan dengan sepeda dimulai dari Depok, menyeberang menggunakan kapal ke Makassar. Dari Makassar mereka mengelilingi Sulawesi.
Awalnya mereka ingin ke Thailand atau Sumba, namun akhirnya memutuskan mengalihkan tujuan perjalanan ke Sulawesi.
“Selama enam bulan keliling Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat singgah di Mamuju untuk bantu korban gempa bumi lalu ke Sulawesi Utara, kota terakhir di Bitung,” ujar Rafii.
Selama perjalanan mereka memiliki cara unik untuk bertahan hidup dengan bekal yang minim. Kerja serabutan di warung, buka kedai di taman, menerima jasa pangkas rambut, menjual buku dan merchandise bahkan rela tidur di hutan, masjid, jalanan, dan rumah warga untuk bisa bertahan hidup.
“Kami selama enam bulan hanya tiga hari menginap di hotel, ditraktir Bupati Pinrang, selebihnya tidur di hutan, bukit, masjid, jalanan, dan rumah warga,” kata Rafii.
Buat Rafii perjalanan paling berkesan selama enam bulan bersepeda ketika membantu dapur umum saat gempa di Mamuju. “Itu pertama kalinya kami ada di lokasi bencana dan bisa terlibat langsung membantu jadi relawan,” tutup Rafii.