TANGERANG, KOMPAS.com - Kehilangan sosok orangtua baik akibat perceraian atau meninggal dunia bisa jadi menyisakan permasalahan bagi anak-anak.
Kehilangan semangat hingga depresi jamak dialami anak-anak yang kehilangan sosok orangtuanya semasa kecil.
Rumah Amalia yang didirikan Muhamad Agus Syafii di Ciledug, Tangerang menjadi rumah yang membantu memulihkan semangat anak-anak ini.
“Di Rumah Amalia ini anak-anak terbagi dua, satu yang orangtuanya meninggal dan orangtuanya bercerai. Mereka mengalami kondisi kehilangan orangtua yang berdampak depresi,” ujar Agus.
Untuk memulihkan semangat dan harapan anak-anak, terapi di Rumah Amalia memerlukan keterlibatan orangtua atau wali dengan Rumah Amalia.
“Bisa jadi persoalan anak ini tidak berdiri sendiri tapi ada keterlibatan pada orangtua, maka perlu ada konsensus keterlibatan orangtua atau wali dengan Rumah Amalia,” ujar Agus.
Di Rumah Amalia anak-anak yang mengalami depresi mendapat berbagai terapi, dari terapi bahagia, terapi tertawa, hingga yang unik adalah terapi catur.
Terapi catur yang mengadopsi metode logoterapi berusaha mengubah cara pandang anak-anak pada setiap peristiwa pahit dimaknai sebagai anugerah dalam hidup.
Permainan catur melatih anak-anak kepemimpinan, menerima kekalahan dan kemenangan sebagai hal yang biasa, dan menumbuhkan rasa berprestasi dalam hidupnya.
“Dengan bermain catur, kita melatih mereka untuk berpikir empat atau lima langkah ke depan yang bisa mereka melakukan. Realitasnya dalam kehidupan sehari-hari mereka bisa tahu dalam lima hari ke depan harus melakukan apa,” tegas pria kelahiran Tulungagung ini.
Rumah Amalia kini ada sekitar 90 anak yang menjalani terapi. Rata-rata mereka berasal dari sekitar Rumah Amalia.
Agus mengaku mendirikan Rumah Amalia sejak tahun 2006. Ia belajar banyak menangani depresi anak dari Profesor Achmad Mubarok, Guru Besar Bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta saat bekerja di Mubarok Institute.
Hingga kini tercatat sekitar 400-an anak yang sudah menjalani terapi di Rumah Amalia. Agus dibantu 12 orang dengan kompetensi di masing-masing bidang.
“Disini dibantu 12 orang, ada psikolog, dokter, psikiater yang punya kompetensi masing-masing,” tutup Agus.