KOMPAS.com - Di kawasan Senado Square, Makau bangunan sisa peninggalan Portugis masih bisa kita saksikan hingga kini.
Bangunan Gereja St Dominic salah satunya. Didirikan pada tahun 1587 oleh tiga misionaris Ordo Dominikan berkebangsaan Spanyol yang datang dari Acapulco, Meksiko.Â
Pada bulan Mei, umat Katolik gereja ini rutin menggelar prosesi mengarak patung Bunda Maria (Our Lady of Fatima). Prosesi yang dibawa orang Portugis ke Makau untuk mengenang penampakan Bunda Maria kepada tiga anak gembala di Desa Fatima, Portugis, tahun 1917.
Sekitar sepuluh menit jalan kaki dari Gereja St Dominica, bangunan bersejarah lainnya yang tak boleh dilewatkan adalah Ruin of St Paul's.Â
Bangunan yang dianggap sebagai "acropolis" Makau ini merupakan bangunan bekas Gereja St Paul's yang dibangun sekitar tahun 1602-1640.Â
Sayang, pada tahun 1835, kompleks gereja dan Universitas St Paul terbakar untuk kali ketiga, dan hanya menyisakan bangunan muka gereja.
Bangunan muka gereja ini terdiri dari lima tingkatan. Tingkatan pertama terdiri dari sepuluh kolom pilar ikonik khas arsitektur klasik Yunani pada abad ke-5 sebelum Masehi dengan tiga buah pintu besar.
Di atas pintu paling tengah terdapat ukiran bertuliskan "Mater Dei" yang berarti Bunda Allah. Sedangkan di atas dua pintu lainnya terlihat relief simbol IHS yang merupakan singkatan dari bahasa latin, "Iesus Hominum Salvator" yang berarti "Yesus Juru Selamat Manusia".Â
Tingkat kedua terdapat sepuluh kolom pilar Korintus dengan tiga jendela.
Patung santo pelindung umat Katolik terlihat dibingkai dalam empat tabernakel. Kedua tingkatan secara keseluruhan untuk mewakili Serikat Yesus dan kegiatan misionaris.Â
Di tengah tingkat ketiga berdiri patung Bunda Maria bersanding dengan relief malaikat, setan, dan sebuah kapal layar Portugis. Sedangkan patung Yesus berdiri di atas tingkat keempat bersanding dengan relief simbol penyaliban.Â
Di tingkat paling atas kombinasi segitiga dari tiga tingkatan atas mencerminkan Tritunggal Mahakudus (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) serta Santa Perawan Maria.
Beruntung saat mengunjungi salah satu ikon Kota Makau ini, saya mendapat kesempatan menyaksikan warga Makau keturunan Portugis menggelar pertunjukan tarian tradisional Portugis di halaman gereja.Â
Sekitar sepuluh pria dan wanita menari berpasangan, berputar melingkar, mengikuti irama lagu rakyat dan musik tradisional Portugis yang dimainkan.
Menurut Alan, pemandu rombongan kami di Makau, pertunjukan ini tidak setiap saat digelar. Tak heran atraksi para penari ini menjadi tontonan bagi ratusan pelancong yang singgah di sini.Â
Saking antusiasnya, salah seorang anggota dari kelompok ini beberapa kali meminta penonton untuk mundur memberikan ruang bagi para penari beraksi.