KAPUAS HULU, KOMPAS.com - Perhelatan "Bersepeda di Jantung Borneo" telah usai. Kegiatan yang diselenggarakan bertepatan dengan agenda besar Festival Danau Sentarum Betung Kerihun ini dilaksanakan mulai dari titik start di PLBN Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sabtu (28/10/2017).
Tak salah jika West Borneo Tourism Association ini menggelar event disana. Konsep fun bike dengan memadukan olahraga, ekowisata dan petualangan lengkap tersaji sepanjang jalur mulai dari titik awal hingga finis. Kegiatan ini dikolerasikan dengan nilai-nilai ekowisata, yakni adventure, culture, dan nature.
Danau Sentarum dan Betung Kerihun merupakan dua taman nasional yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Dulu, kedua taman nasional tersebut masing-masing dikelola oleh Balai Taman Nasional Danau Sentarum dan Balai Taman Nasional Betung Kerihun yang saat ini dilebur menjadi Balai Besar Taman Nasional Barung Kerihun Danau Sentarum (TNBKDS).
Kegiatan bersepeda ini diadakan di kawasan Heart of Borneo, kawasan konservasi yang meliputi Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Hampir seratus peserta pesepeda yang berasal dari Medan, Jakarta, Tangerang, Bandung, Pontianak, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu menempuh rute sepanjang 65 kilometer.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi masyarakat pecinta bersepeda maupun masyarakat umum dalam menyadari lebih dalam arti dari konservasi. Antara kegiatan bersepeda dan konservasi, memiliki kaitan erat, yakni sama-sama mengurangi emisi karbon yang berlebihan.
Sepeda merupakan kendaraan yang tidak menghasilkan karbon, sementara kawasan Heart of Borneo, merupakan kawasan konservasi yang harus selalu dijaga sebagai penyerap karbon.
Manfaat wilayah Heart of Borneo bukan hanya dalam skala nasional, namun internasional dan juga merupakan konservasi dunia yang memiliki peran besar bagi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global.
Tanjakan Panjang Menantang
Tujuh kilometer pertama, peserta melewati jalan aspal mulus usai pelepasan di PLBN Badau. Jalur kemudian berubah menjadi jalan tanah serta kerikil ketika melewati jalan yang sedang mengalami perbaikan.
Jalanan yang rusak dan licin sempat membuat energi peserta terkuras. Karena, selain jalanan yang licin dan becek, kondisi tanjakan yang panjang serta turunan ekstrem juga membuat peserta harus ekstra hati-hati dan menguras tenaga saat melewatinya. Hal tersebut tak terlepas dari kontur wilayahnya yang berbukit.
Beberapa peserta juga ada yang kemudian menaikkan sepeda mereka ke atas mobil pikap yang disiapkan panitia. Ada juga peserta yang terpaksa menaikkan sepeda ke atas mobil karena ban sepeda nya pecah.
Perjalanan dari start point menuju rest area ditempuh sepanjang 46 kilometer. Sekitar pukul 11.30 WIB, semua peserta berhasil mencapai rest point. Sepanjang perjalanan, peserta disuguhi pemandangan perbukitan yang menghampar di sepanjang perjalanan.
Usai beristirahat, pukul 13.00 WIB peserta kembali melanjutkan perjalanan menuju titik finis di Bukit Kedungkang.
Kondisi jalan dari rest point menuju finis berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, peserta melewati jalanan berbukit dan berliku dengan kondisi jalan berkerikil.
Di beberapa tanjakan memang ada jalan semen, namun selebihnya melintasi jalan tanah dengan pemandangan perbukitan.
Menjelang titik finis, tanjakan tinggi dan panjang lagi-lagi kembali menguras tenaga peserta. Tak jarang, para pesepeda ini menuntun sepedanya untuk mencapai ujung tanjakan.
Penyanyi Agustinus Gusti Nugroho alias Nugie yang turut menjadi peserta mengatakan, jalur sepanjang 50 kilometer pertama dari start menuju rest area ini membuktikan pesepeda sejati mempunyai standar fisik yang mumpuni tanpa memandang usia.
"Jika jalur sudah mulus semua, track ini juga bisa dijadikan event internasional, karena jalur yang benar-benar menantang dengan rute Badau-Putussibau," kata Nugie.
Peserta lainnya, Lolo Asinamura mengatakan, jalur yang dilewati sangat menarik, terutama jalan aspal (road bike). Meski tak menyelesaikan rute dengan bersepeda hingga akhir, Lolo dan rekannya merasa cukup puas dengan pengalaman baru tersebut.
"Jalur nya menarik, untuk road bike nya mantab. Tapi ya karena memang fisik gak terlalu mumpuni karena kurang latihan, jadi saya hanya meramaikan. Kalau punya tenaga pasti ikut sampai habis," ungkap Lolo.
Disambut Ritual Adat Dayak
Perjalanan mengayuh sepeda dalam rangkaian Bersepeda di Jantung Borneo berakhir di Rumah Betang Kedungkang yang dihuni masyarakat Dayak Iban.
Usai menyelesaikan garis finis di Bukit Kedungkang dengan latar pemandangan Danau Sentarum, para pesepeda ini kemudian menyusuri jalan turunan menuju rumah betang.
Beberapa tetua adat lengkap dengan atribut terlihat menyambut kedatangan pesepeda di depan rumah Betang. Selembar tikar sebagai alas untuk meletakkan peraga adat juga sudah digelar diatas tanah.
Iringan tetabuhan alat musik gong yang dibunyikan beberapa wanita Iban terdengar selama rangkaian prosesi ritual adat penyambutan.
Tak ketinggalan, seorang pria membawa sebuah teko yang berisi tuak. Pria tersebut kemudian menuangkan tuak ke dalam gelas dan memberikan kepada setiap peserta yang hadir.
Usai menjalankan ritual adat di depan rumah, peserta kemudian berjalan meniti jembatan menuju bagian dalam rumah betang. Sebelum memasuki rumah, terlebih dahulu salah satu perwakilan pesepeda didaulat untuk memotong sebilah bambu menggunakan Mandau.
Lagi-lagi, sebelum memasuki rumah Betang, peserta kembali mencicipi suguhan tuak.
Para pesepeda pun kemudian menari membaur bersama masyarakat selama rangkaian adat berlangsung.
Perjalanan melelahkan melewati perbukitan dan menuruni lembah terbayar dengan atraksi unik yang belum pernah dirasakan hampir sebagian besar peserta yang berasal dari luar Kapuas Hulu. KONTRIBUTOR PONTIANAK, YOHANES KURNIA IRAWAN