JAYAPURA, KOMPAS.com – Sejak awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pos lintas batas negara (PLBN) harus mencerminkan kebanggaan, nasionalisme, martabat, dan harga diri bangsa. Jokowi tidak mau wajah pos perbatasan terlihat kumuh seperti kandang hewan.
Oleh karena itu, pada era Jokowi, revitalisasi kawasan perbatasan menjadi salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Era baru dimulai. Melalui Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), tujuh PLBN ditata ulang.
Jokowi menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Tujuh PLBN Terpadu dan Sarana-prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan.
Tiga PLBN terletak di Provinsi Kalimantan Barat berbatasan dengan Malaysia yakni Entikong, Badau, dan Aruk. Tiga PLBN lainnya ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste yakni Motaain, Motamasin, dan Wini. Sementara, satu PLBN ada di Provinsi Papua yaitu Skouw yang berbatasan dengan Papua New Guinea.
Selama ini kawasan perbatasan identik dengan keterbelakangan. Terletak di pelosok, kawasan perbatasan ibarat pintu belakang: terisolasi, kumuh, dan tertinggal.
Padahal, sebagai wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga, wilayah perbatasan seharusnya menjadi pintu depan Indonesia.
Pemerintahan Jokowi dan Jusuf kalla berketetapan untuk mengubah kawasan perbatasan menjadi maju, terbuka, dan terdepan.
Dari tujuh PLBN, sudah lima yang diresmikan yaitu Entikong, Badau, Aruk, Motaain, dan Skouw.
PLBN Skouw
PLBN Skouw yang terletak di Distrik Muaratami, Kota Jayapura, Papua, telah diresmikan pada Mei 2017 lalu. Jaraknya sekitar 60 km dari Kota Jayapura dengan waktu tempuh sekitar 90 menit.
Ketujuh PLBN digagas tumbuh sebagai kawasan terpadu. Artinya, di kawasan itu juga dibangun area komersil untuk meningkatkan perekonomian.
Setelah gedung PLBN diresmikan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melanjutkan pembangunan kawasan. Lahan yang disiapkan adalah 10,7 ha.
Di areal PLBN Skouw kini sedang dibangun 400 kios pasar, wisma Indonesia, rumah para pegawai kantor perbatasan lengkap dengan infrastruktur pemukiman.
Desain PLBN Terpadu Skouw mengusung budaya lokal Papua. Desainnya mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Tangfa dengan ornamen lokal pada sisi luar bangunan.
Rumah Tangfa merupakan rumah pesisir di daerah Skouw, yang memiliki atap dengan bentukan perisai dan dua ruang panjang tempat masyarakat berkumpul.
Dari kejauhan, PLBN Skouw terlihat mencolok. Dua bangunan besar yang berdiri sejajar adalah satu-satunya gedung yang terlihat paling bagus di kawasan itu. Di sekelilingnya adalah sejumlah rumah penduduk berdinding kayu dan beratap seng.
Satu gedung adalah pintu keluar wilayah Indonesia menuju wilayah Papua New Guinea, sedang satu gedung di sebelahnya adalah pintu masuk menuju wilayah Indonesia. HERU MARGIANTO