BANDA ACEH, KOMPAS.com - Selama bulan suci Ramadhan, sejumlah peneliti muda di Banda Aceh memanfaatkan waktu luang untuk melakukan identifikasi terhadap 101 manuskrip Aceh koleksi Tarmizi Abdul Hamid, kolektor manuskrip Aceh karangan abad 16 dan 17 masehi di Rumah Manuskrip Aceh di Desa Ie Masen Kaye Adang, Kota Banda Aceh.
"Selama bulan puasa sejak tanggal 28 Mei sampai dengan 10 Juni, bersama peneliti muda kita adakan kegiatan bedah 101 manuskrip Aceh," kata Tarmizi Abdul Hamid, kolektor 600 manuskrip Aceh kepada Kompas.com, Rabu (6/6/2018).
Tarmizi menjelaskan, kegiatan bertema "Ramadhan Manuskrip Aceh" ini dilakukan selama 10 hari bersama peneliti muda.
Mereka membedah 101 manuskrip karya Hamzah Fansuri, Syeh Syamsuddin Assumatrani, Nurdin Arraniry, Syeh Abdul Rauf Alsingkili, Muhammad Daud Babarumi dari Turki, Muhammad Khatib Langgien, Syeh Jalaluddin dan Tenku Chik Dipante Kulu.
"Naskah yang kita pelajari selama Ramadhan mulai dari sejarah, dakwah, syair, tauhid, tasawuf, zikir, bahkan naskah Tajul Muluk tentang perobatan," katanya.
Selain membedah isi manuskrip peninggalan zaman karangan para ulama dan pemimpin Aceh pada abad 16 dan 17 masehi itu, peneliti muda juga mengidentifikasi karakter kertas, judul dan isi kandungan, tahun penyalinan, pencipta, serta melihat watermark di kertas naskah Aceh yang memiliki keistimewaan tidak dapat dipalsukan oleh negara luar.
"Selain melihat isi kandungan naskah, para peneliti juga melakukan identifikasi terhadap manuskrip Aceh, kemudian isi naskah ini juga kita rekam dalam bentuk digital menggunakan kamera dan laptop," ujarnya. KONTRIBUTOR KOMPAS TV ACEH, RAJA UMAR