KOMPAS.com - Cabang olahraga kano polo memang saat ini tidak dipertandingkan pada Asian Games 2018 di Palembang dan Jakarta, namun rencananya cabang ini akan dipertandingkan nanti pada Asian Games ke-19 di Hangzhou, China.
Untuk memperkenalkan olahraga yang mengombinasikan polo air dan kano ini maka digelar pertandingan eksibisi yang diikuti delapan tim putra dan tujuh tim putri di arena Aquatik Stadium Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan.
Nama kano polo sendiri berasal dari gabungan dua nama cabang olahraga, yaitu canoeing (kayak) dan polo air.
Meski kayak maupun polo air juga diperlombakan di Asian Games, namun kano polo tetap merupakan cabang olahraga yang terpisah sendiri.
Dalam permainan ini, terdapat dua tim yang beranggotakan lima orang atlet (tiga cadangan). Mereka harus berlomba mencetak sebanyak mungkin angka dengan memasukkan bola ke gawang lawan.
Masing-masing atlet dilengkapi dengan sebuah dayung dua sisi, perahu kayak kecil untuk satu orang dan perlengkapan keamanan. Bola dapat dioper dan ditembakkan ke gawang lawan dengan dayung atau dengan tangan.
Meski tahun ini menjadi tahun pertama diperkenalkan kano polo di Asian Games, sebenarnya kano polo sudah cukup populer di luar negeri, khususnya Eropa. Bahkan terdapat berbagai ajang olahraga tahunan yang mencantumkan kano polo sebagai salah satu cabang yang diperlombakan.
Olahraga ini terbentuk di London, Inggris tahun 1970, saat itu diperlombakan sebagai pertandingan percobaan di eksibisi kano nasional di Crystal Palace National Sports Center.
Kano polo pertama kali dimainkan di kompetisi Asia pada tahun 1985 dan masuk ke Indonesia tahun 1989. Tim kano polo putra Indonesia pernah dua kali menjadi juara Asia, yaitu di Hiroshima Jepang tahun 1993 dan Korea tahun 1997.
Pada kejuaraan Asia 2017 di Malaysia, tim putra Iran menjadi juara disusul Jepang dan Chinese Taipei sedangkan di kategori putri, Chinese Taipei menjadi juara disusul Iran dan Singapura. ANTARA FOTO, NOVA WAHYUDI