KOMPAS.com - Salah satu daya tarik wisata paling populer di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Tana Toraja yang terkenal akan budayanya.
Penduduk asli setempat atau Suku Toraja menganut "aluk" atau adat yang merupakan kepercayaan, aturan, dan ritual tradisional ketat yang ditentukan oleh nenek moyangnya.
Mendiami daerah pegunungan dengan budaya khas Austronesia asli, Suku Toraja memiliki berbagai tradisi adat yang unik dan berbeda.
Salah satu upacara adat Toraja yang populer adalah Rambu Solo atau upacara penguburan.
Masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah orang yang meninggal akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang ditinggalkannya.
Orang yang meninggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya.
Rambu Solo adalah rangkaian kegiatan yang rumit, ikatan adat, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan.
Sementara menunggu upacara siap, tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan disimpan di rumah leluhur atau tongkonan.
Pada puncak upacara Rambu Solo digelar pesta meriah yang turut dihadiri orang Toraja dan para tamu undangan.
Mereka yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta dalam acara ini.
Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula dengan kunjungan wisatawan mancanegara.
Rambu Solo memang terlihat seperti pesta yang meriah dan megah. Namun, tujuan dari Rambu Solo bukanlah untuk menghambur-hamburkan uang, melainkan untuk pengabdian dan penghormatan kepada orang yang meninggal dan para leluhur.
Kemegahan dan kesempurnaan Rambu Solo merupakan sebuah patokan akan nasib arwah yang meninggal nanti. Apakah arwah tersebut bisa mecapai tingkat yang setara dengan dewa. DINO OKTAVIANO
Sumber: KOMPAS.com / Anggie Cyndia, Barry Kusuma