JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, narkotika merupakan masalah besar bagi Indonesia. Hal itu, kata Kalla, terlihat dari jumlah narapidana kasus narkoba yang mayoritas mengisi lembaga pemasyarakatan (Lapas).
"Informasi yang berkembang tentu dari Menkumham (Menteri Hukum dan HAM) bahwa hampir 50 persen daripada isi lapas-lapas, lapas di negeri kita ini diisi daripada pecandu ataupun juga pedagang-pedagang, pengedar narkoba. Luar biasa tentu," ujar Kalla dalam sambutannya di acara peringatan Hari Anti Narkoba Internasional di Gedung Tribrata, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (26/6/2019).
Bahkan, kata Kalla, di dalam penjara pun para bandar narkoba masih bisa melakukan aktivitas jual beli barang haram itu. Ia menilai hal tersebut menunjukkan masifnya peredaran narkoba di Indonesia saat ini.
Ia menambahkan, peredaran narkoba yang masif mengancam generasi muda Indonesia yang kini dipersiapkan untuk menyambut bonus demografi pada tahun 2030.
Kalla menyebut ancaman tersebut kian nyata lantaran jumlah remaja yang menjadi pecandu narkoba sebanyak 2,3 juta.
Karena itu, Kalla mengatakan perlu peran serta seluruh pihak untuk memberantas narkoba, mulai dari penegal hukum, tokoh masyarakat, hingga pemuka agama.
"Banyak prediksi kita akan menjadi negara yang tangguh pada beberapa puluh tahun yang akan datang. Tapi tentu dengab syarat bahwa kita mempunyai generasi muda yang kuat dan terpelajar dan inovatif. Tentu bebas daripada narkoba," ujar Wapres.
"Maka apa yang disampaikan tadi oleh Kepala BNN bahwa semuanya harus bekerja sama, karena mereka juga mempunyai jaringan yang luas. Dibutuhkan keberanian karena mereka mempunyai uang yang banyak dan tentu juga suatu keuntungan yang besar," lanjut dia. RAKHMAT NUR HAKIM