JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki gerbang Ereveld Menteng Pulo,Tebet, Jakarta Selatan, rapi adalah kesan pertama yang saya tangkap.
Pak Gunawan penjaga ereveld mempersilakan saya masuk setelah mendengar bel gerbang berbunyi.
Ereveld Menteng Pulo adalah salah satu dari tujuh ereveld yang ada di Indonesia. Semula terdapat 22 ereveld, namun pemerintah Belanda lantas memindahkan ereveld di Tarakan, Manado, Palembang, dan Makassar ke Pulau Jawa untuk memudahkan akses.
Ereveld sendiri merupakan makam kehormatan Belanda. Di Menteng Pulo ada sekitar 4000 makam orang Belanda dan Indonesia dengan beragam agama yang gugur pada masa revolusi dan pasca Perang Dunia Kedua.
Hanya seperempat yang dimakamkan di ereveld ini adalah tentara, selebihnya adalah warga sipil baik wanita dan anak-anak yang meninggal di kamp konsentrasi Jepang.
Salah satu pejabat militer Belanda yang dimakamkan di sini adalah komandan tentara KNIL, Jenderal Simon Hendrik Spoor.
Masuk di ereveld terdapat bangunan gereja dan rumah abu atau columbarium. Uniknya Gereja Simultaan tidak digunakan untuk ibadah, tapi digunakan sebagai tempat acara peringatan dan upacara untuk semua agama.
Tak heran terdapat simbol agama Kristen, Islam, Budha, dan Yahudi di atas menara gereja.
Di columbarium tersimpan 754 guci berisi abu jenazah tentara Belanda yang meninggal sebagai tawanan perang di kamp konsentrasi Jepang.
Makam kehormatan Belanda di Indonesia ini adalah sepenggal sejarah Belanda di Indonesia dan Asia Tenggara untuk memastikan para korban dan cerita di balik mereka tetap dikenang dan mendapat pengakuan yang selayaknya.