KEPULAUAN MERANTI, KOMPAS.com - Di Kepulauan Meranti sagu hampir tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Selain sebagian besar warga adalah petani sagu, masyarakat setempat memanfaatkan sagu sebagai sumber pangan lokal.
Penganan khas berbahan sagu yang jamak dijumpai di sana yaitu sagu lemak dan sagu telur.
Dari bentuknya kedua penganan ini hampir mirip, dua-duanya berbentuk bulat, hanya saja ukuran sagu telur lebih kecil bila dibanding sagu lemak.
Kasriwana (41) adalah salah satu warga Sungai Tohor, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau yang membuat penganan ini.
Ia mengaku sejak tahun 2013 menggeluti usaha membuat sagu masak. Di samping rumahnya, Kasriwana setiap hari membuat olahan sagu sembari mengasuh anaknya.
Dengan sabar Kasriwana mengaduk sagu telur dan sagu lemak yang dimasak di atas wajan berdiameter sekitar 100 cm.
Dalam sehari ia menghabiskan tak kurang 25 kilogram sagu basah untuk membuat penganan ini.
Dengan modal sekitar Rp 150.000, Kasriwana mengaku tak pernah menghitung berapa laba yang ia dapatkan.
“Buat bantu-bantu suami, nggak pernah hitung dapat untung berapa, yang penting bisa untuk tambah jajan anak,” ujar perempuan empat anak ini.
Untuk membuat penganan yang berasa gurih ini Kasriwana membumbui sagu dengan santan, telur, bawang, gula, dan garam.
Proses mengaduk sagu yang dimasak di atas wajan hingga kering membutuhkan waktu lama. Setelah benar-benar kering dan berwarna kecoklatan, sagu lemak dan sagu telur didinginkan sebelum dikemas dalam bungkus plastik kecil.
Dalam sehari sedikitnya 150 bungkus penganan olahan sagu dikirim ke warung atau ke pelanggan. Kasriwana mengaku menjual penganan ini dengan harga Rp 1.600 per bungkus.