PRABUMULIH, KOMPAS.com - Romdoni tidak menyangka langkah kecil dia untuk mendaur ulang sampah pada 2013, berkembang dan kemudian membuka peluang bagi masyarakat sekitar. Merintis dari rumahnya, hingga kemudian pria yang akrab disapa Doni ini memiliki pusat daur ulang sampah.Â
Awalnya, sebagai petani karet, Doni harus pulang pergi untuk menjual hasil sadapan karet. Sepanjang perjalanan Doni melihat banyaknya sampah di pinggir jalan. Pemandangan itu membuat dia prihatin. Lalu setelah 3 tahun menjadi petani karet, Doni kemudian banting stir ke bidang daur ulang sampah.Â
"Tergerak dengan banyak tempat pembuangan sampah (TPS) liar, saya akhirnya mulai mencari sampah untuk didaur ulang. Namanya merintis, saya sendirian dengan modal saat itu sekitar Rp 600.000," kenang Doni, saat ditemui di Rumah Daur Ulang Sampah Residu Anorganik (Rindu Resik), di Prabumulih, Sumatera Selatan, Rabu (11/9/2024).
Awal merintis, Doni mulai mencari sampah dari jam tujuh pagi hingga jam 10 malam. Sampah yang terkumpul kemudian dia pilah sesuai jenisnya untuk kemudian dia jual.
"Dulu itu belum ada alat cuci, jadi saya cuci sendiri. Kemudian dikeringkan, dikelompokkan dalam karung, baru kemudian dijual kepada pengepul," kata Doni.Â
Usaha daur ulang sampah Doni kemudian berkembang, dan mulai merekrut anggota untuk membantu. Sedikit demi sedikit sampah yang dikumpulkan menjadi banyak, dan Doni harus mencari tempat yang lebih luas.
Dilirik Pertamina EP
Usaha Doni daur ulang sampah kemudian menarik pihak lain ikut terlibat. Salah satunya PT Pertamina EP Prabumulih Field yang mengajak Doni menjadi mitra binaan kemudian diberikan pendampingan, alat, dan jaringan lebih luas untuk menjual hasil daur ulang sampah.Â
Rumah Daur Ulang Sampah Residu Anorganik atau Rindu Resik, menjadi wadah Doni dan 30 anggotanya bernaung dan mendaur ulang sampah.
Rindu Resik merupakan inovasi sosial untuk mengatasi pengurangan sampah plastik residu di TPA Induk Kota Prabumulih.Â
Bantuan alat seperti mesin pencacah plastik, mesin cuci, dan mesin ball press diberikan oleh Pertamina EP untuk membantu usaha daur ulang sampah milik Doni, agar mampu meningkatkan jumlah produksi sampah daur ulang.Â
"Paling baru bantuan dari Pertamina itu mesin "monster" pemakan plastik. Saya bilang monster, karena mesin ini bisa mengolah sampah plastik apapun. Hasilnya berupa papan plastik residu, yang bisa digunakan untuk apa saja, termasuk membuat furniture," kata Doni.
Memilik mesin "monster" pemakan sampah, membuat Doni berani menerima segala jenis sampah plastik.Â
"Sampah plastik yang di tempat lain tidak ada harganya, di Rindu Resik tetap diterima dan dibayar. Sehingga tidak heran banyak pemulung sampah yang menjual sampah ke sini dan pada saat itu juga mereka dibayar cash ataupun transfer," kata Doni.
Pada kesempatan yang sama Senior Manager PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Prabumulih Field, M Luthfi Ferdiansyah mengatakan Pertamina akan mendampingi sampai sejauh mana Rindu Resik butuh bantuan, kemudian berkembang, dan akhirnya mandiri.Â
"Setiap CSR pasti ada exit program, karena gak mungkin didampingi terus oleh Pertamina. Hingga saat ini, bantuan kita memang sudah dari peralatan, jejaring distribusi sudah ada, nah tidak menutup kemungkinan jika ada jalan untuk ekspor maka kita akan bantu sampe ekspor atau go internasional," kata M Luthfi.
Luthfi juga mengatakan bahwa usaha Doni dalam mendaur ulang sampah memiliki semangat yang sama dengan Pertamina EP Prabumulih Field dalam mewujudkan sustainable development goals menjaga lingkungan tetap asri.Â
"Karena Pertamina EP bergerak dalam bidang energi fosil yang mengambil dari alam, sudah seharusnya kita mengembalikan hal baik juga ke alam," kata Luthfi.
Usaha Doni dengan pusat daur ulang sampah ini menjadi berkah bagi pemulung. Doni berani membeli sampah dengan harga lebih tinggi dibandingkan lapak pengepul sampah lain.
"Kalo diingat dulu, di awal-awal merintis, saya sehari bisa mendapatkan Rp 200.000 per hari. Saat ini omzetnya di kisaran Rp 15 juta/hari. Selain itu Rindu Resik membuat para anggota bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Biasanya mereka dibayar borongan sesuai berapa yang mereka dapat hari itu. Pendapatannya sekitar Rp 100.000-200.000 per hari," kata Doni.