BANDA ACEH, KOMPAS.com - Untuk membangun kesiapsiagaan dalam mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami, Pemerintahan Jepang dan UNDP menggelar simulasi gempa dan tsunami di Provinsi Aceh dengan melibatkan enam sekolah yang ada di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
“Tahun ini Pemerintahan Jepang melakukan simulasi gempa dan tsunami di 18 negara di Asia Pasifik untuk membangun kesiapsiagaan dalam mengurangi risiko bencana. Di Indonesia, Provinsi Aceh yang dipilih satunya,” kata Cristian Unfinit, Technical Officer Disaster Management UNDP kepada wartawan, Senin (19/2/2018).
Menurut Cristian, simulasi gempa dan tsunami yang diikuti 500 siswa SMP dan SMA di Pesantren Inshafudin, Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh hari ini merupakan puncak rangkaian kegiatan simulasi yang sebelumnya telah berlangsung di sejumlah sekolah yang berada di kawasan pesisir pantai Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.
“Hari ini simulasi lanjutan, sebelumnya sudah kita lakukan di sekolah yang ada di Peukan Bada,” katanya.
Melalui simulasi itu, nantinya diharapkan para siswa dan guru dapat ikut berperan dalam menyebarluaskan pengetahuan dan pemahaman terhadap pengurangan risiko bencana kepada masyarakat luas di lingkungan siswa dan guru berada.
“Kita lakukan di sekolah supaya nantinya guru dan siswa dapat menyebarkan kembali pengetahuan terhadap pengurangan risiko saat menghadapi gempa dan tsunami,” jelasnya.
Sementara itu, Yana Ikhwana, salah satu siswi SMU kelas II di Pesantren Inshafudin yang ikut dalam simulasi gempa dan tsunami itu mengaku banyak mendapatkan pengetahuan dan informasi baru saat menghadapi gempa, lantaran simulasi ini merupakan yang pertama kali ia ikuti selama di sekolah.
“Sangat bermanfaat dengan adanya simulasi ini, karena sebelumnya saat gempa biasanya kami langsung lari keluar ruangan, padahal tidak boleh langsung lari keluar, harus menunggu dulu dan melindungi kepala dan badan di bawah kolong meja masing-masing,” jelasnya.
Selain mendapatkan pengetahuan untuk mengurasi resiko gempa dan tsunami, Yana mengaku juga sudah mengetahui cara penanganan terhadap korban gempa dalam kondisi panik.
“Sebenarnya saat gempa tidak boleh panik, kemudian setelah gempa berhenti kita harus mencari lapangan untuk menghindari runtuhan bangunan, kemudian kita juga harus menangani korban,” ujarnya. KONTRIBUTOR KOMPAS TV, RAJA UMAR