KOMPAS.com - Bukan soal lomba, tapi ini ajang pembuktian prajurit Marinir, kata KSAL Laksamana Ade Supandi seusai memompa semangat prajurit yang akan mengikuti lomba renang dan dayung melintasi Selat Sunda.
Lomba yang diprakarsai Korps Marinir tidak lepas dari alam Indonesia yang sebagian besar merupakan perairan. Tahun ini Selat Sunda dipilih untuk menguji nyali para prajurit sekaligus merayakan HUT ke-72 Korps Marinir.
Dengan panjang 39 kilometer, Selat Sunda merupakan penghubung Pulau Jawa dan Sumatera dengan keadaan cuaca dan gelombang yang tidak menentu.
Berbekal fin, snorkel dan penerangan dari fosfor, hampir 300 prajurit mulai bersiap atas ponton Dermaga Bandar Bakau Jaya, Bakauheni, Lampung. Sebelum masuk ke air, prajurit mengolesi tubuh mereka dengan mentega atau oli yang berfungsi mencegah binatang air hinggap di tubuh mereka, khususnya ubur-ubur yang dapat menghambat perenang menuju finis. Selain itu lelah dan mengantuk merupakan tantangan yang harus dilewati perenang karena dilakukan pada malam hari.
Renang jarak jauh tersebut juga menjadi efek gentar bagi negara-negara di kawasan yang tidak semua prajurit dapat melakukannya. Kegiatan itu juga dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajurit Korps Marinir.
Jika menggunakan kapal Ro-Ro membutuhkan waktu sekitar dua jam, maka perenang tercepat dari Marinir, yakni Kopda (Mar) Budi Santoso dapat menyelesaikannya dengan waktu tempuh 9 jam 29 menit 56 detik.
Dengan napas tersengal-sengal, satu per satu prajurit menyentuh garis finis, ada yang langsung berdiri, dipapah oleh rekan setim, bahkan harus ditandu petugas medis karena sudah kehabisan energi.
Renang lintas Selat Sunda ini tidak terlepas dari sejarah bangsa ini, di mana prajurit Marinir mampu bertahan selama tiga hari tiga malam di laut pada saat pembebasan Timor Timur pada 6 Desember 1975.
“Jalesu Bhumyamca Jayamahe”, Di laut dan darat kita jaya. Begitu slogan yang diagungkan oleh Korps Marinir. WAHYU PUTRO A