KOMPAS.com - Harum tanaman serai wangi lebih dari setahun ini telah menghampar di atas lahan seluas 25 hektar di Tountimomor, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Serai wangi yang mudah dibudidayakan menarik perhatian Herli Walandow yang merupakan Ketua Koperasi Maesa Mitra Jaya, untuk menyulap lahan tidur dan tidak produktif milik warga menjadi lahan bernilai ekonomi.
Setiap 10 ton daun serai kering mampu menghasilkan sekitar 90 kg minyak serai wangi.
Minyak hasil sulingan serai wangi digunakan sebagai bahan pembuatan minyak wangi, sabun, sampo dan produk lainnya.
Selain itu, air sisa proses penyulingannya bisa dijadikan sebagai cairan pembersih lantai karena memiliki kandungan anti bakteri.
Sisa fermentasi serai wangi yang telah diolah juga dapat dijadikan pakan ternak sehingga mendukung pemerintah dalam mewujudkan perekonomian hijau.
Dalam mengembangkan ekosistem klaster serai wangi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) bekerja sama dengan Bank SulutGo telah mengucurkan kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp 6,9 miliar kepada 192 debitur yang merupakan anggota Koperasi Maesa Mitra Jaya.
Setiap petani mendapatkan Rp 12 juta untuk satu hektar lahan yang ditanami serai wangi dan Koperasi Maesa Maju Jaya (MMJ) menjadi pembeli dalam ekosistem itu.
Selain memberikan pelatihan, pihak koperasi juga menggandeng keuskupan Manado yang memiliki petani binaan untuk mensosialisasikan dan turut merangkul petani untuk menam serai wangi.
Pengembangan ekosistem klaster serai wangi merupakan salah satu dukungan OJK bersama stakeholder lainnya dalam memperluas akses keuangan melalui pengembangan penyaluran KUR berbasis klaster di berbagai daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.