SINGKAWANG, KOMPAS.com - Aroma hio menyeruak di antara kerumunan orang. Disusul alunan genderang tetabuhan yang sambung menyambung menghasilkan irama khas.
Di antara kerumunan orang, sesosok pria berbusana ala panglima perang dengan dominasi warna kuning duduk di sebuah kursi kayu. Di hadapannya terdapat sebuah altar kecil, lengkap dengan peraga pelengkap ritual.
Siang itu, Rabu (28/2/2018), di tengah terik matahari yang menyengat, pria ala panglima perang tadi merapalkan mantra. Sejurus kemudian, pria yang dikenal dengan sebutan Tatung ini mendatangi sembilan replika naga dan melakukan ritual buka mata.
Bagian kepala dan ekor kemudian dilukis dengan rapalan mantra menggunakan kuas dan tinta. Sang Tatung membuka mata naga dengan penanda sebatang dupa yang dilanjutkan dengan memercikkan air yang sudah dibacakan mantra.
Ratusan warga pun datang untuk menyaksikan secara langsung dan dari jarak dekat, ritual buka mata naga yang dipusatkan di Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang, Kalimantan Barat.
Ritual tersebut juga mengawali dimulainya petualangan para naga bertandang keliling kota, memeriahkan puncak perhelatan akbar Imlek dan Cap Go Meh 2569 di Singkawang.
Ritual buka mata biasanya dilaksanakan setiap tanggal 13 bulan pertama Imlek.
Ritual buka mata dilakukan supaya kemananan dan kesehatan yang tidak tampak juga turut dibersihkan, sehingga selalu dilimpahkan rahmat berupa kesehatan dan keamanan bagi masyarakat.
Karena, pada hakikatnya dalam kehidupan manusia ada yang tampak dan yang tidak terlihat.
Sembilan naga tersebut merupakan partisipasi dari Santo Yosep Group Singkawang dalam memeriahkan perayaan Imlek dan Cap Go Meh 2569.
Dalam tradisi budaya Tionghoa, arakan naga harus membuka mata pada hari ke-13 Imlek. Hal ini bertujuan supaya ritual berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan.
Naga yang sudah melakukan ritual buka mata wajib untuk membakar naga tersebut pada hari ke-16. Karena, pada hari ke-15 mereka beratraksi dalam puncak rangkaian Cap Go Meh. KONTRIBUTOR PONTIANAK, YOHANES KURNIA IRAWAN