KOMPAS.com - Panas menyengat ketika Kompas.com berkesempatan untuk berkunjung ke Suku Maasai yang dikenal karena masih mempertahankan pola hidup tradisional dan sudah ratusan tahun berada di Area Konservasi Ngorongoro tepatnya berdekatan dengan Kawah Ngorongoro di Tanzania, Afrika Timur, Sabtu (6/4/2019).
Kami disambut oleh kepala Suku Maasai dengan nyanyian serta tari-tarian dari wanita dan pria Suku Maasai. Para pria mulai membentuk barisan setengah lingkaran dan satu persatu maju di depan barisan dan melompat setinggi mungkin sambil bernyanyi dengan suara yang girang.
Setelah menunjukkan keahlian dari suku Maasai tersebut. Kepala suku mengajak kami untuk melihat bagaimana kehidupan penduduk Maasai. Mulai dari kebiasaan mereka memasak, mengurus ternak dan mengajak kami ke dalam rumah kecil yang hanya seukuran kandang ternak.
Rumah dengan jendela di bagian atas sekecil korek api ini dibangun dari kayu yang direkatkan dengan kotoran sapi. Di dalamnya terdapat dua bilik kecil, satu untuk tempat tidur wanita dan satu untuk anak-anak.Â
Para pria tidak mempunyai bilik di rumah tersebut, karena tidak sedikit pria Suku Maasai mempunyai istri lebih dari satu, yang membuat pria akan berpindah dari satu ke rumah istri lainnya setiap saat.
Para wanita suku maasai menjual pernak pernik khas afrika untuk dijual kepada wisatawan yang berkunjung.Â
Gelang, kalung, patung sampai dengan piring-piring yang terukir gambar binatang yang langka bisa didapat di desa ini.
Kunjungan ke Desa Suku Maasai adalah akhir perjalanan safari kami di Tanzania. dimulai dari Taman Nasional Ngorongoro sampai Serengeti telah dilewati.Â
Matahari yang terbenam di savannah Tanzania menutup perjalanan safari kami. Pengalaman seumur hidup yang memberikan persepsi berbeda bagi saya dalam melihat suatu kehidupan.GARRY LOTULUNG