KOMPAS.com - Seperempat abad setelah genosida Rwanda, ratusan anak yatim piatu masih berusaha keras untuk mencari petunjuk soal masa lalu mereka yang hilang.
Banyak anak-anak yang kehilangan nama, tanggal kelahiran, dan sejarah hidupnya.
Kisah hidup anak-anak tersebut hilang dalam 100 hari kekerasan yang melanda Rwanda, 25 tahun lalu.
Pada 7 April 1994, angkatan bersenjata Rwanda membunuh 10 prajurit pasukan penjaga keamanan PBB asal Belgia.Â
Pembunuhan ini merupakan upaya untuk mencegah intervensi internasional dalam mencegah genosida yang dimulai beberapa jam sebelumnya.Â
Hanya dalam waktu sekitar tiga bulan, para ekstremis Hutu yang mengendalikan Rwanda, secara brutal membantai 500.000 hingga 1 juta warga sipil etnis Tutsi dan Hutu moderat.Â
Genosida di Rwanda ini merupakan episode pembersihan etnis terburuk sejak berakhirnya Perang Dunia II.Â
Kini, pemerintah Rwanda menetapkan dua hari libur nasional untuk mengenang babak terkelam dalam sejarah negeri itu.Â
Sempat terpuruk akibat genosida, saat ini perekonomian Rwanda sudah jauh membaik dengan mengandalkan hasil-hasil pertanian misalnya kopi dan teh.Â
Sektor pariwisata juga makin berkembang di Rwanda dan menjadi salah satu penghasil devisa terbesar negeri tersebut.Â
Investasi asing juga semakin meningkat di Rwanda dan pada 2016 negeri ini ditetapkan menjadi negeri kedua terbaik di Afrika sebagai tujuan bisnis. DNO
Sumber: Internasional-Kompas.com