JAKARTA, KOMPAS.com – Sepeda kami merapat di kedai kopi sederhana di Jalan Menjangan Raya, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020).
Di halaman kedai terdapat rak parkir sepeda, kami sengaja untuk bertemu Win Hasnawi pemilik kedai kopi, Kopi Bike usai bersepeda di seputaran Bintaro.
Win Hasnawi duduk di beranda menyambut kedatangan kami. Win Qertoev begitu dia memperkenalkan saat menyambut kedatangan kami.
Kedai berukuran sekira 4x6 meter persegi disekat menjadi dua bagian. Di dalam, ruang yang dibatasi kaca, khusus untuk meracik kopi pesanan pelanggan. Sementara di depan menjadi tempat pelanggannya duduk mencicipi setiap seduhan kopi racikan barista di Kopi Bike.
Qertoev sendiri adalah brand kopi milik pria kelahiran Takengon, Aceh ini. Qertoev diambil dari bahasa Gayo, kertuf, yang artinya kunyah.
Bagi bapak tiga orang anak ini, kopi bukan barang baru bagi dia. Dia mengenal kopi secara turun temurun dari kakeknya. Win Qertoev adalah generasi ke-7 dari keluarga petani kopi di Aceh.
Sejak 2006, ia mengaku sengaja ke Jakarta untuk memperkenalkan kebaikan kopi.
“Dari 2006 aku ke Jakarta, keluar masuk kementerian untuk memperkenalkan kebaikan kopi, dulu berpikir untuk edukasi kebaikan kopi harus dimulai dari Jakarta, daerah baru akan mengikuti,” ujarnya.
Semangat untuk memperkenalkan kebaikan kopi juga ia bawa di kedai kopinya. Setiap Sabtu dan Minggu dia membuka kesempatan bagi komunitas-komunitas yang tertarik belajar kopi.
“Sabtu Minggu siapapun komunitas yang penting janjian dulu free minum sekaligus belajar tentang kopi,” tegasnya.
Kami berkesempatan mengunjungi gudang penyimpanan biji kopi dan laboratorium kopi Qertoev milik Win Hasnawi.
Di laboratorium pengolahan kopi, bertahun-tahun Win menyangrai biji kopi pilihan yang datang dari berbagai tempat di nusantara sesuai dengan profil kopinya.
Dia mengaku mengikuti semua biji kopi yang dipesannya dari proses petik hingga dikirim ke gudangnya.
“Aku ikutin dari hulu sampai hilir kopi yang ada di sini. Kopi yang enak itu nggak lepas dari mata rantai di hulu, petani sampai proses seduh dihilirnya. Bisa jadi kopinya bagus tapi proses sangrainya salah yang jadi gak enak,” tambah pria yang juga gemar bersepeda ini.
Untuk mempertahankan kualitas kopinya, Win Hasnawi mengaku juga mengedukasi petani di daerah-daerah. Bertahun-tahun ia mengajarkan pada petani bagaimana mengolah biji kopi yang mereka petik sesuai karakter kopinya agar terjaga kualitasnya.
Dari keahliannya menyangrai kopi, ia mengaku banyak brand kopi datang mempercayakan proses sangrai padanya.
“Brand Qertoev jarang keluar biar gak berbenturan. Beberapa brand dan kedai kopi aku support. Jadi aku bisa main di hulu, di tengah atau di hilir. Kalau mereka butuh bahan baku aku support. Kalau datang misal minta profil sangrai seperti apa aku buatkan, tinggal ditempeli stiker brand mereka,” tambah Win.
Bagi Win Hasnawi edukasi kebaikan kopi adalah semangatnya. Dia ingin orang Indonesia benar-benar bisa menikmati kopi-kopi terbaik dari nusantara yang ratusan tahun lalu diburu dan menjadi primadona dibawa keluar dari nusantara.