KOMPAS.com - Warga Lebanon melakukan aksi unjuk rasa sebagai bentuk kemarahan kepada pemerintah setempat, menyusul ledakan besar yang terjadi di Beirut dan merenggut ratusan korban jiwa.
Dilansir AFP, Sabtu (8/8/2020), sekelompok massa berkumpul di pusat Kota Beirut dan menggelar aksi protes yang berujung bentrokan dengan aparat keamanan.
Demo diwarnai aksi pembakaran oleh massa dan luncuran gas air mata yang ditembakkan polisi antihuru-hara ke arah pengunjuk rasa.
Sejumlah pengunjuk rasa tampak mengalami luka-luka.Â
Demo bergulir sejak Kamis (6/8/2020) malam, aksi protes anti-pemerintahan pecah di Beirut. Para demonstran bentrok dengan pasukan keamanan sambil menyerukan pemerintah mundur.
Lebanon menderita krisis ekonomi terburuk dalam sejarah negara itu dan sedang berjuang untuk memerangi pandemi virus corona.Â
Bagi banyak orang, ledakan yang mengguncang Beirut pada Selasa (4/8/2020) adalah pukulan terakhir.
Ledakan tersebut menghancurkan kawasan pelabuhan di Beirut dan menewaskan sedikitnya 150 orang serta melukai ribuan orang lain.
Ledakan tersebut diduga berasal dari amonium nitrat yang telah lama tersimpan di sebuah gudang di kawasan pelabuhan.
Sejauh yang diyakini banyak orang Lebanon, amonium nitrat tersebut disimpan secara tidak benar dan disimpan dalam radius 100 meter dari permukiman.
Hal itu menandakan kegagalan yang serius oleh pemerintah Lebanon.
France24 melaporkan bahwa ratusan penduduk setempat turun ke jalan secara sukarela membawa sapu dan pengki untuk membersihkan puing-puing.
Pihak berwenang dan pejabat tidak terlihat dalam aksi bersih-bersih tersebut.