KOMPAS.com - Lantunan ayat suci Al Quran terdengar dari balik jeruji besi sudut kamar pasien Pusat Rehabilitasi Perawatan dan Pemulihan Adiksi Yayasan Generasi Emas Aceh (GEMA) di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Provinsi Aceh.Â
Yayasan GEMA adalah salah satu pusat perawatan dan pemulihan para pecandu narkoba yang bersifat sosial independen dengan menggunakan cara pendekatan (therapeutic communication and narcotic anonymous combined therapy) di Tanah Rencong.
Para petugas dan staf yang bekerja di yayasan tersebut adalah relawan (volunteer) dan 80 persen di antaranya merupakan mantan pecandu (recovery addict) yang mengabdi dan mendedikasikan dirinya untuk membantu dan menyelamatkan saudara-saudaranya yang masih terjebak dalam jerat narkoba untuk bangkit dan menata kembali masa depan yang lebih cerah.Â
Sejak berdiri pada Oktober 2018, yayasan GEMA telah memberikan pelayan rehabilitasi kepada 235 korban penyalahgunaan narkotika jenis sabu, ganja dan juga lem.
Sebanyak 85 residen dirawat inap dan 150 korban rawat jalan yang berasal dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh dan Medan, Sumatera Utara, dengan rentang usia korban 20 sampai 50 tahun.
Menurut keterangan dokter rumah GEMA, dr Natalina, para pecandu narkotika yang rawat inap dan ingin menjalani proses rehabilitasi diwajibkan untuk mengikuti program di dalam rumah rehab serta dikarantina selama 6 bulan.
Selama menjalani proses rehabilitasi mereka dibatasi akses untuk berkomunikasi bertemu keluarga atau melakukan hal-hal yang mereka sukai sebelumnya tetapi lebih diarahkan untuk mengikuti program yang sudah diatur sedemikian rupa yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku mereka.
Program-program di rumah rehab ini meliputi pendekatan religi seperti belajar mengaji, yasinan (pengajian rutin yang dibimbing oleh ustaz), shalat lima waktu secara berjamaah, serta saling menghormati dan memotivasi kawan yang satu dengan yang lainnya.Â
Selama menjalani masa karantina para korban juga diwajibkan mengikuti dua proses tahapan yaitu tahapan pertama detoxifikasi (tahapan pemutusan zat) dan yang kedua observasi primary (pengenalan program, orientasi dan tempat tinggal).Â
Dalam menjalani tahapan pertama; detoxifikasi atau tahapan pemutusan zat, para korban mulai muncul beberapa problem seperti emosional yang tidak terkontrol dan problem kesehatan seperti sakit gigi, sakit kepala dan lain-lain.
Sedangkan dalam menjalani tahapan kedua observasi primary (pengenalan program, orientasi dan tempat tinggal) seluruh residen baru akan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap kesehatannya.
Pemulihan bagi para pasien adalah sebuah perjalanan panjang dengan godaan yang berulang sehingga pendekatan religi diharapkan dapat membantu pasien mendapat hidayah dan lepas dari adiksi untuk kembali ke jalan yang benar dan bersatu bersama keluarga.
Foto dan teks: Antara Foto (Syifa Yulinas)