LAMPUNG, KOMPAS.com - Camp ERU (Elephant Response Unit) Tegal Yoso di wilayah kerja Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Toto Projo, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Bungur Taman Nasional (TN) Way Kambas, Lampung, menjadi salah satu dari 4 camp tempat penanganan konflik antara gajah dengan manusia pada area perkebunan.
Total ada 8 gajah, dengan 5 dewasa yang berpatroli di sekitaran Camp Tegal Yoso. Mereka mempunyai kewajiban untuk mencegah risiko konflik berbahaya antara manusia dan gajah liar di TN Way Kambas.
Tim Kompas.com pada Senin (4/1/2021) berkesempatan mengikuti aktivitas para mahout Camp ERU Tegal Yoso.
Selain penanganan konflik antara gajah dan manusia, para mahout itu juga memberikan pakan berupa pelepah kelapa dan campuran vitamin berupa kacang hijau, jagung giling, beras, gula merah, garam dan ultra mineral.Â
Setiap pagi dan sore hari, mereka juga memandikan dan melatih para gajah di sungai dekat Camp Tegal Yoso, setelah itu siap untuk berpatroli ke alam tergantung kondisi gajah liar.
Plt Kepala Balai TN Way Kambas Amri menjelaskan, ERU adalah program kegiatan yang muncul dari Balai TN Way Kambas dalam upaya penanganan konflik gajah liar dengan manusia.
"Maksud dari kegiatan (ERU) ini adalah menangani gajah liar yang akan keluar kawasan TN Way Kambas ke lahan pertanian masyarakat yang berbatasan dengan TN Way Kambas, dan mengupayakan sedini mungkin agar gajah liar tidak sampai keluar kawasan," ujar Amri.Â
Amri juga menjelaskan, ERU melaksanakan penghalauan gajah liar bila sudah di lahan pertanian masyarakat untuk diupayakan masuk kembali ke dalam kawasan TN Way Kambas.
Selain itu juga kesehatan gajah jinak di Camp ERU menjadi prioritas utama untuk diupayakan stabil dan diharapkan meningkat populasinya.
Program ERU ini dalam operasionalnya didukung oleh lembaga konservasi (NGO) Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS) melalui Perjanjian Kerjasama/MOU dengan TN Way Kambas Nomor PKS.635/BTNWK-1/2016 dan Nomor 01/KHS/II/06/2016 tanggal 27 Juni 2016.
Kegiatan ERU dilaksanakan di 4 lokasi utama, di setiap lokasi terdiri dari 1 (satu) tim penanganan konflik/Mahout dengan fasilitas camp dan gajah jinak, selain di Camp ERU Tegal Yoso dengan 5 ekor gajah dewasa ditambah 3 ekor anak gajah, juga terdapat Camp ERU Bungur dengan 7 ekor gajah jinak, Camp ERU Margahayu sebanyak 6 ekor gajah dan Camp Braja Harjosari total 6 ekor gajah jinak.
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) telah dinaikkan dari daftar "terancam punah" menjadi "sangat terancam punah" setelah kehilangan hampir 70 persen habitatnya dan separuh populasinya dalam satu generasi.Â
Penurunan ini sebagian besar karena habitat gajah yang digunduli atau dialihfungsikan menjadi perkebunan pertanian.Â
Sumatera diperkirakan memiliki populasi gajah Asia yang paling signifikan di luar India dan Sri Lanka. Namun dalam jangkauan gajah Asia, Sumatera mungkin mengalami laju deforestasi paling cepat.
Sumatera telah kehilangan lebih dari dua per tiga hutan alam dataran rendahnya dalam 25 tahun terakhir - habitat yang paling cocok untuk gajah - yang mengakibatkan punahnya gajah secara lokal di banyak daerah.