PALEMBANG, KOMPAS.com - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan menyita sebanyak satu "offsite" (bagian tubuh diawetkan) harimau sumatera dan beruang madu dari warga Palembang.
Tak hanya beruang madu dan harimau, offsite lain berupa dua kepala rusa juga ditemukan petugas bersama dengan tiga ekor burung, yakni jenis kakatua koki (Cacatua galerita) dua ekor dan kasturi Ternate (Lorius garrulus) satu ekor.
Kepala Satuan Polisi Hutan BKSDA Sumatera Selatan M Andriansyah mengatakan, mereka sebelumnya melakukan operasi patroli simpatik yang berlangsung sejak November lalu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait larangan memiliki, menyimpan satwa yang dilindungi, baik berupa offsite maupun hidup.
Dari operasi tersebut, mereka mendapatkan seluruh satwa tersebut di tempat terpisah.
Untuk offsite harimau sumatera didapatkan di rumah warga inisial MR di kawasan Kecamatan Kalidoni Palembang. Offsite beruang di Kecamatan Sukarami, burung kakatua dan kepala rusa di Plaju, beserta satu kasturi Ternate di Sungai Gerong, Plaju.
“Rata-rata mereka yang menyimpan satwa ini mengaku tak mengetahui bahwa hewan ini dilindungi, sehingga setelah diedukasi mereka menyerahkan sendiri kepada kita,” kata Andriansyah saat berada di kantornya, Senin (22/11/2021).
Andriansyah menjelaskan, seluruh satwa yang dilindungi itu didapatkan warga dari pasar gelap. Untuk diketahui, harga untuk offsite harimau sumatera sendiri bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Belum lagi, jenis satwa dilindungi lainnya baik yang hidup maupun sudah mati juga memiliki nilai jual tinggi.
“Kita juga memberitahu kepada masyarakat, bahwa hukuman memiliki satwa ini adalah penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta, sesuai pada Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan ekosistem,” ujarnya.
Seluruh offsite yang disita tersebut akan dilaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hasil dari rapat pimpinan nanti akan memutuskan apakah offsite satwa itu akan disimpan dalam museum Zoologi di Medan.
“Tapi bila di museum telah ada, kemungkinan offsite ini akan dimusnahkan untuk menghindari hal yang tak diinginkan. Sementara untuk burung kakatua, akan diobservasi lebih dulu disini kemudian dilepaskan ke habitat aslinya,” jelas Andriansyah.