JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan konsep yang terbilang unik, yakni mempekerjakan para penyandang disabilitas, nama kafe Sunyi House of Coffee and Hope mungkin sudah tidak asing lagi di telinga warga Jakarta, khususnya anak–anak muda penggemar kopi.
Bukan kali pertama Kompas.com menyambangi tempat ini. Pertengahan 2019 lalu, rekan Desk Megapolitan telah berbincang langsung dengan sang pemilik kafe, Mario P Hasudungan Gultom.
Ditemui kembali di kafe yang berlokasi di Jalan RS Fatmawati Raya No 15, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (10/2/2021), antusiasme Mario untuk menceritakan kembali awal mula terbentuknya tempat yang biasa disebut "Kafe Sunyi" ini, tak sedikitpun surut.
Semua berawal dari keseriusan Mario akan permasalahan kesetaraan di antara manusia. Sedari kecil, Mario memang tumbuh besar dengan ajaran untuk saling tolong-menolong orang yang membutuhkan dan tidak memandang orang sebelah mata.
Seperti diketahui, semua orang yang dipekerjakan di Kafe Sunyi merupakan penyandang disabilitas.
Tak hanya pegawai peracik kopi atau yang biasa disebut barista, bahkan juru parkir hingga desainer kafe juga merupakan penyandang disabilitas.
"Kita di sini menerima teman-teman tunadaksa dan tuli (tunarungu). Memang di sini mayoritas teman-teman tuli yang bekerja," ujar Mario kepada Kompas.com, Rabu.
Menurut Mario, penyandang disabilitas perlu ruang untuk diterima dan dianggap seperti orang biasa di lingkungan masyarakat.
Dia tidak mau ada pembeda antara mereka yang normal dan penyandang disabilitas.
Seiring perkembangannya memasuki tahun kedua, di 2021 ini Kafe Sunyi telah memiliki 3 cabang, yakni di Fatmawati, Kota Tua, dan Bekasi, dengan total karyawan 18 orang.
Namun, Mario berujar, hantaman pandemi Covid-19 tak luput dirasakan Kafe Sunyi.
"Lagi susah. Setiap cabang saling subsidi, bahkan di sana (cabang Kota Tua) akses pun ditutup. Sama seperti UKM lainnya, kita juga berusaha survive," katanya.
Kendati tengah bertahan, situasi ini disebut tak mematahkan semangat Mario dan 4 rekan pemilik lainnya untuk terus merawat dan menumbuhkan Kafe Sunyi.
Semangat yang masih sama, menunjukkan kepada masyarakat luas jika tidak ada alasan untuk mendiskriminasi atau memandang sebelah mata kaum disabilitas.
Mereka berhak diperlakukan sama, mendapat hak yang sama, dan dihargai layaknya orang biasa.