KOMPAS.com - Membuka lahan dengan dibakar dan ladang berpindah-pindah bagi sebagian petani adalah hal yang biasa karena sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang.
Namun hal itu telah lama ditinggalkan oleh sebagian petani di Desa Mengkiang yang berada di aliran Sungai Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Salah satunya adalah Daniel (37), petani asal Dusun Sungai Langer, Desa Mengkiang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Di lahan seluas 1,3 hektare miliknya terdapat 11 jenis tanaman pangan dan buah-buahan yang tumbuh subur tanpa harus membakar saat membuka lahannya dulu.
“Untuk mengubah perilaku dari pertanian yang berpindah-pindah, maka saya harus membujuk warga secara perlahan-lahan. Harapannya kalau saya bisa mengajak lima KK untuk menerapkan praktik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) maka lahan terbakar atau titik api akan berkurang lima hektare per tahun,” kata Daniel.
Sama halnya dengan Daniel, Junaedi (50) juga telah meninggalkan praktik membuka lahan dengan cara dibakar. Di sawah seluas 0,8 hektare yang berada di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) ini, Junaedi berhasil menanam padi organik dengan metode sawah tadah hujan yang menghasil gabah kering sebanyak 2,8 hingga tiga ton dalam satu kali masa panen.
Begitu juga dengan Togos Naho (30), peternak lebah kelulut (Trigona Itama) di Dusun Bahta, Desa Bahta, Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat juga menerapkan hal yang sama.
Lebah Trigona yang berukur kecil seperti lalat, bersarang di dalam pohon, dan tidak menyengat. Saat ini Togos membudidayakan madu kelulut di dua lokasi, yang tak jauh dari tempat tinggalnya, dengan total 80 unit koloni lebah Trigona.
Panen madu kelulut dapat dilakukan dua kali dalam setahun yakni bulan September-November dan Januari-Maret. Pada April 2019 yang lalu, Togos memanen 600 kg madu kelulut yang merupakan masa puncak panen madu. Setiap madu yang dikemas dalam botol berukuran 150 mililiter dijual seharga Rp 150 ribu.
Keberhasilan Daniel, Junaedi dan Togos yang melakukan pembukaan lahan tanpa bakar tidak lepas dari peran dan binaan PT Finanntara Intiga, unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Kalimantan Barat melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
APP Sinar Mas menjalankan program DMPA dengan mendukung masyarakat untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam tumpang sari hortikultura (sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan dan perikanan serta industri kecil-menengah untuk olahan pangan, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual sebagai alternatif sumber penghasilan keluarga.
Program DMPA di Kalimantan Barat telah memberikan pendampingan terhadap 329 kepala keluarga di 18 desa dengan target tambahan tiga desa hingga akhir tahun 2019.
Foto dan Teks: Antara Foto (Nova Wahyudi)