ACEH, KOMPAS.com - Sebagian warga Desa Toweren, Kecamatan Laut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, sejak dulu secara turun temurun mengaku berprofesi sebagai nelayan penjaring ikan depik di Danau Laut Tawar.
Mereka hanya menggantungkan mata pencaharian dari hasil tangkapan ikan endemik Danau Laut Tawar.
"Saya sejak kelas VI SD sudah ikut orang tua mencari ikan depik. Sampai sekarang mata pencaharian saya hanya di Laut Tawar," kata Muslem (33), warga Desa Toweren, kepada Kompas.com, Rabu (17/7/2019).
Aktivitas Muslem dan nelayan lainnya dimulai setiap sore hari sekitar pukul 18.00 Wib. Dengan menggunakan sampan kecil, mereka mulai menebar jaring di Danau Laut Tawar, kemudian pada pagi hari sekitar kukul 05.00 Wib mereka kembali ke danau untuk menarik jaring ikan depik.
"Kami pasang jaring pada sore hari, kemudian pagi setelah shalat subuh kami angkat jaring mengambil hasil tangkapan ikan depik,” katanya.
Menurut Muslem, biasanya ia mendapat banyak hasil tangkapan ikan depik hingga 20 bambu setiap harinya pada saat awal musim hujan dan kondisi langit gelap pada malam hari.
Namun, saat tidak musim, hasil tangkapan mereka kadang-kadang hanya mendapat dua bambu.
"Ikan depik selalu ada, kalau sedang musim (hujan) banyak dapat sampai dua kaleng (20 bambu), tapi kalau seperti sekarang paling dapat dua bambu sehari," ucapnya.
Muslem menyebutkan, ikan depik saat ini ia jual kepada penampung yang langsung mengambil setiap pagi ke tempatnya seharga Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per bambu.
"Setiap pagi datang penampung yang beli. Satu bambu kami jual Rp 90 ribu, kalau ikannya agak besar Rp 100 ribu,” sebutnya.
Sementara itu menurut Abdul Kadier (70), nelayan Danau Laut Tawar, hasil tangkapan ikan mulai menyusut sejak 2004 lalu.
Padahal sebelumnya pada saat musim ia mendapat hasil tangkapan ikan depik 80 bambu setiap harinya.
"Dulu banyak dapat, sampai 80 bambu satu hari. Tapi sekarang paling banyak 20 bambu, namun sekarang harganya sudah mahal, kalau dulu sekitar Rp 20 ribu per bambu," katanya.
Menurut sebagian warga Aceh Tengah, kata Abdul Kadier, ikan depik dari sejarahnya tak hanya memiliki cita rasa yang gurih dan khas. Ikan endemik Danau Laut Tawar itu juga dipercaya memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan penyakit malaria dan demam.
"Kata orang tua dulu, ikan depik itu asal-usulnya itu dari nasi. Ceritanya dulu ada yang membuang nasi ke dalam air, kemudian jadilah ikan depik, sehingga ikan depik ini akan selalu ada selama orang masih makan nasi," ungkapnya. KONTRIBUTOR KOMPAS TV ACEH, RAJA UMAR