JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor usaha, salah satunya usaha kedai kopi. Pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemic Covid-19, membuat masyarakat harus mengurangi aktivitas di luar rumah secara signifikan.
Usaha kuliner termasuk kedai kopi tidak diperbolehkan melayani di tempat hanya boleh secara take away (bawa pulang), daring, dan layanan antar.
Sepinya pembeli membuat pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) bersiasat untuk bisa terus bertahan di tengah wabah Covid-19 yang menggerus bisnis mereka.
Kedai kopi di Kukusan Depok, Nyambi Ngopi, adalah salah satu pelaku usaha yang bersiasat. Pendiri Nyambi Ngopi, Andry Bey mengaku keuntungan bisnis di kedainya turun hingga 85 persen.
“Dulu bisa menjual 100-150 cangkir kopi sehari, sekarang paling 5 cangkir,” ujar Bey.
Menurunnya penjualan membuat Bey dan kru-nya memutar otak untuk bertahan dan menghabiskan stok-stok susu segar yang terlanjur dibeli agar tidak rusak dan terbuang.
Mereka memutuskan menjual produk kopi kemasan 1 liter.
“Awalnya pengen habisin stok susu karena sepuluh hari lagi basi, berpikir gimana caranya stok susu segar yang terlanjur dibeli bisa keluar, kepikiran ide bikin produk kopi literan,” ujar Project Leader Nyambi Ngopi, Zahran Bagasanda.
Di luar dugaan produk kopi literan dengan tiga varian yaitu Laman, Sproberry, dan Kopi Cokelat (Kocok) diminati pelanggan.
Di tengah tren negatif pandemi Covid-19, Nyambi Ngopi berusaha menciptakan tren positif. Selain memberikan layanan bebas biaya pengiriman untuk pelanggan radius 2 kilometer dari kedai dan promo potongan harga, botol kemasan kopi literan dipilih sesuai tema Covid-19 yaitu dari botol yang mirip kemasan hand sanitizer.
“Kemasan botol kopi literan jadi semacam gimik sesuai tema Covid-19 pakai botol mirip hand sanitizer, dikasih tulisan bukan hand sanitizer dan bukan disinfektan,” ujar Bagas.
Semangat kebersamaan yang menguatkan
Andry Bey dan kru-nya saat ini tengah berjuang mempertahankan bisnis kedai Nyambi Ngopi yang memiliki dua cabang yaitu di Perumnas Depok dan Kukusan. Semangat kebersamaan menurut Bey menjadi pondasi kekuatan untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
“Saat ini kita berpikir paling tidak bisa bertahan. Karena Nyambi Kopi dari awal dijalankan dengan konsep kebersamaan, makanya semua saling support. Tidak ada pengurangan karyawan, kita saling terbuka dengan kondisi saat ini, akhirnya memutuskan kedai tetap buka tapi jam operasional dan gaji ada penyesuaian,” tegas Bey.
Head Bar Nyambi Ngopi cabang Kukusan, Jaka Prawira menambahkan semangat kebersamaan ini membuat semua yang terlibat di Nyambi punya kesempatan yang sama menyampaikan ide dan gagasan.
"Itu makanya kemarin kita diskusi bersama sebelum memutuskan strategi selama wabah corona. Memecat kru dan mencari baru itu harus melatih dari awal, berarti harus mentolerir kesalahan. Itu perlu waktu lama, makanya kita nggak memecat kru,” ujar Jaka.
Selama musim pandemi Covid-19, Nyambi Ngopi juga menjalankan standar kebersihan tinggi sesuai anjuran pemerintah. Barista yang meracik kopi diharuskan menggunakan sarung tangan, masker wajah, dan face shield.
Selain itu hand sanitizer terlihat disediakan di meja kasir untuk pelanggan atau ojek daring yang datang membeli kopi.