LUMAJANG, KOMPAS.com - Putusnya Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Lumajang-Malang usai diterjang lahar erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021, membuat lalu lintas tersendat.
Warga harus melewati jalur berbahaya dan melintasi aliran Sungai Besuk Sat dan Besuk Lengkong di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, yang sering diterjang banjir lahar semeru khususnya saat hujan.
Tidak hanya itu, kondisi tersebut membuat bus yang biasa mengantarkan penumpang lewat jalur selatan juga tidak bisa lagi beroperasi secara maksimal. Kini, bus hanya bisa sampai di Pasar Candipuro.
Saat ini, pemerintah tengah membangun jembatan gantung di sana, nantinya hanya bisa dilewati maksimal kendaraan roda tiga.
Pantauan di lokasi, pembangunan proyek jembatan gantung ini setidaknya melibatkan ratusan pekerja. Crane penyangga sudah dipasang di empat titik di sisi Kecamatan Candipuro dan sisi Kecamatan Pronojiwo.
Namun, jembatan gantung dengan panjang 120 meter tersebut akan memiliki lebar 1,8 meter saja. Sehingga, jembatan itu tidak bisa dilalui kendaraan besar.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.5 BBPJN Jawa Timur-Bali Rizal Sanaba mengatakan, proyek jembatan gantung ini dibangun sebagai langkah penanganan darurat.
Sehingga, warga dan pengendara roda dua bisa mengakses jalur selatan Lumajang tanpa harus berputar jauh.
Meski dibilang jembatan darurat, keberadaan jembatan gantung sudah lama dinanti masyarakat. Jembatan darurat tersebut mulai bisa dilewati masyarakat sebelum Hari Raya Idul Fitri.