YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sekumpulan pria paruh baya duduk di Plaza Ngasem yang berada di sisi dalam Pasar Ngasem Kota Yogyakarta. Mereka duduk melingkar, dengan tumpukan ranting daun singkong berwarna hijau dan merah muda.
Ranting daun singkong ini disiapkan untuk membuat sebuah wayang. Ranting-ranting singkong ini dililitkan satu sama lain hingga membentuk sebuah wayang.
Mereka terkumpul dalam satu wadah bernama komunitas wayang merdeka.Â
Pria paruh baya ini diajarkan membuat wayang dengan singkong diharapkan dapat mengajarkan ke anak-anak. Pasalnya, anak-anak sekarang banyak yang tidak mengenal wayang dan terlalu banyak bermain dengan gawai.
Pegiat Budaya Wayang Hangno mengungkapkan membuat wayang dengan batang singkong sudah lama ada di masyarakat tetapi lama hilang tergerus dengan kemajuan teknologi.
Atas pertimbangan itu pihaknya bersama rekan-rekannya ingin menghidupkan kembali pembuatan wayang dengan ranting singkong.
"Kegiatan ini sudah lama di kehiduoan masyarakat tetapi hilang di era digital. Kita ingin anak-anak mengenal budayanya yakni wayang," kata dia ditemui di Plaza Ngasem, Rabu (20/4/2022).
Wayang dari batang singkong ini memang tidak bisa menggambarkan sebuah tokoh tertentu pada cerita-cerita wayang, dengan demikian diharapkan dapat merangsang imajinasi dari anak-anak.
"Orang bisa berimajinasi ini adalah anak, imajinasi ini penting bagi anak. Sekaligus ini sebagai bentuk mengakrabkan kembali anak dengan alam sekitar kita," jelas dia.
Ia menambahkan batang singkong dipilih karena dinilai mudah mendapatkannya dalam kehidupan sehari-hari dan batang singkong lebih mudah dibentuk.
"Batang singkong dipilih untuk mengakrabkan kembali anak-anak dan kita pada ekologi agraris yang kaya bahan-bahan yang bisa merangsang imajinasi kita. Supaya anak-anak tidak terlalu larut pada dunia gadget," jelas dia.
Dia menambahkan dalam workshop kali ini untuk sesi awal dilakukan pelatihan kepada orang dewasa diharapkan setelah workshop ini para orang dewasa dapat mengajarkan pembuatan wayang dari ranting singkong. Setelah orang dewasa barulah workshop untuk anak-anak.
"Anak-anak yang ada di sekitar Plaza Ngasem kurang lebih 20an anak-anak tapi nanti pada sesi kedua," kata dia.
Instruktur pembuat Wayang Singkong Jantan Putra Bangsa menjelaskan nama wayang ini adalah wayang ranting daun singkong. Pohon singkong dipilih karena mudah ditemui di lingkungan.
Walaupun mudah didapat tetapi ranting pohon singkong ini memiliki kesulitan tersendiri saat dirangkai menjadi wayang. Jika ranting yang dipilih masih muda ranting mudah patah saat dibentuk menjadi wayang.
"Pemilihan bahan kalau muda lebih mudah patah kalau tua lebih lentur. Saat diikat juga lebih sulit jika dibanding dengan wayang yang terbuat dari suket (rumput)," kata dia.
Dengan kegiatan ini dia ingin menyampaikan pesan yakni wayang dapat dimainkan oleh seluruh orang tanpa melihat dia adalah orang yang berkecimpung di dunia wayang.
"Harapannya wayang dapat dimainkan oleh siapa saja, sehingga silakan bereksplorasi dengan segala bahan material," kata dia.